Tuesday, December 12, 2006

Andra & The Backbone

"Sakit hatiku…remuk jantungku… 'tuk membencimu…musnahkan cintaku"

Lirik diatas merupakan rintihan sekaligus raungan keras dari laki-laki yang kecewa terhadap bekas pacarnya. Lagu mellow baru? Album pop-mellow segar? Band pop-rock baru yang bermain dikunci yang itu-itu saja?
AWAS! Ini Andra & The Backbone yang menjadi pelepas dahaga dengan album perdana yang penuh dengan track-track up-tempo membius jiwa!

Sebenarnya ini merupakan proyek solo yang sudah start sejak lama tapi baru intensif digodok rekaman selama bulan Juni hingga Desember ini. Andra yang menjadi salah satu pentolan Dewa, pada akhirnya melepaskan daya rock prima dengan Andra & The Backbone ini!

Untungnya jadwal Dewa ditahun ini menjadi longgar, kalau tidak Andra & The Backbone tak akan hadir memperkaya dunia musik negeri ini. "Musiknya tak serumit Dewa. Rock-nya lebih pop banget, tapi unsur gitarnya lebih banyak, distorsi gitar lebih banyak dari Dewa," kata Andra. Jadi gitar yang lebih menonjol. "Jalur kita memang pop-rock, mengenai baru atau tidaknya corak musik band ini, kita kembaliin ke mereka yang dengerin," tambahnya.

Formatnya sendiri mengambil tiga pentolan utama. "Waktu itu belum kebayang nentuin formatnya. Lalu aku ketemu Stevie Item dan Dedy. Stevie Item sendiri additional player di Dewa, sudah lama kenal. Sebelumnya sudah sering jam session bareng gue," kata Andra. Sedang Dedy baru masuk setelah proses pencarian vokalis. Dedy sendiri saat itu nggak langsung didapuk menjadi vokalis. Butuh dua minggu untuk Andra mendapuk Dedy sebagai vokalis. "Andra dan gue ketemu, ngobrol bentar, dan masuk studio untuk bikin demo-demo. Awalnya memang baru ngisi-ngisi demo aja. Jadi gue nggak punya pikiran 'oh gue bakal jadi vokalis' karena gue memang suka bantuin temen-temen gue untuk bikin demo," kata cowok yang belakangan dengerin Led Zeppelin dan Deep Purple lagi demi proyek band ini. Switchfoot, Radiohead, Incubus juga menjadi band-band yang mampir ke telinga Dedy. Posisi lain? "Untuk drum, sebenarnya aku sudah suka dengan permainan satu orang ini tapi sayangnya dia sudah ada band. Jadi mau nggak mau mesti pakai additional drummer," jelas Andra.

Ramuan musik Andra & The Backbone sendiri begitu catchy tapi unik. Keras tapi renyah. Ini tentunya berkat banyak influence. "Latar belakang musik kita beda-beda. Kayak Stevie nih metal banget. Jimmy Eat World, Foo Fighters jadi musik yang kita dengerin. Campur. Maunya pop-rock tapi waktu awal proses rekaman kita bikin lagu kenceng-kenceng. Eh, kesininya kita malah bikin yang rada akustik kayak Simon & Garfunkel. Kita jadi heran. Intinya, ada lagu yang begitu (akustik) dan ada juga yang kenceng-kenceng. Jadi kita free, ngalir aja…” ujar Andra.

Untuk album ini total ada sepuluh lebih lagu. Ada satu lagu instrumen yang diselipkan, jatuhnya lebih ke track balada. Porsinya sendiri lebih banyak track-track up-tempo. Akustiknya dua lagu saja. Single pertama tetap yang up-tempo. "Semua track di album ini memang menantang kita bertiga, karna waktu aku ketemu Dedy, kita masih meraba (musiknya), cari nada dasarnya (suara) Dedy direkam dalam empat lagu, ternyata kerendahan buat dia, akhirnya diulang lagi – dinaikkin nada dasarnya, baru ketemu, oh ternyata suaranya dia disini," cerita Andra. Prosesnya cukup lama juga karna kita ketemunya nggak seperti yang 'yuk, latihan nge-jam', jadi kita begitu ketemu langsung 'ayo take'. Untuk vokal, lagu-lagu yang slow/akustik adalah yang susah dimainkan. "Secara musikal, track akustik lebih detil, apalagi gitar. Kalau lagu up-tempo yang memakai gitar elektrik dengan distorsi banyak kan gampang saat di-edit. Akustik lebih susah karna mesti dapat soulnya," jelas Stevie yang kagum dengan permainan Jimi Hendrix ini.

Kelar masalah permainan yang mesti mendapat soul, proses penciptaan lagu ternyata cukup sulit juga. Andra cukup merasakan proses yang lama. "Saya baru bisa bikin lirik di Dewa pun pas album terakhir Dewa, track Selimut Hati. Sebelumnya susah. Biasanya bikin musiknya saja, sedang liriknya Dhani (Dewa). Yang bikin album ini lama selesai karna belum selesainya lirik-lirik lagu. Nggak pede. Tapi semuanya keluar mengalir dengan lancar. Untuk tema, ada beberapa curhatan orang yang dibikin jadi lagu. Lalu ada lirik yang nongol setelah nonton sebuah film," kata cowok berambut pendek ini.

Gebrakan mereka pertama digeber dalam single "Musnah". Ini single yang bercerita tentang putusnya cinta yang lalu berubah menjadi rasa benci. "Tapi kita tetap tekanin ke musiknya, musiknya yang awalnya datar, trus pas di-reff kencang dengan distorsi," kata Andra. "Musnah" sendiri menjadi track kunci yang menggambarkan karakter musik yang dianut Andra & The Backbone.

Untuk lagu favorit, "Musnah" menjadi pilihan Stevie. Selain single andalan tersebut, "Terdalam" adalah lagu up-tempo yang paling berkesan bagi cowok berambut lurus ini. "Karna paling susah mainin itu lagu!" kata cowok yang sudah belajar gitar sejak SD kelas satu. Sedang lagu yang paling enjoy dimainkannya adalah ‘Lagi dan Lagi’. Lain hal dengan Dedy, ia menyukai "Hanya Dirimu" yang up-tempo. "Lagu-lagu up-tempo dialbum ini sangat menantang. Disini gue mesti menjaga kualitas suara dan mesti jaga tempo sekaligus penjiwaannya," kata cowok yang belakangan ini mengurangi makanan yang berminyak, menghindari soda dan lebih sering minum air putih.

Kenapa harus band rock? Kenapa band ini dilahirkan? Hadirnya Andra & The Backbone jelas menambah warna dan meramaikan dunia musik negeri ini. "Band rock (keras) yang sekarang ini didengar banyak orang mungkin kurang, (musik) band-band yang ada sekarang lebih kearah mellow. Aku berusaha bikin rock yang nadanya pop banget, orang-orang bisa nyanyiin, meskipun musiknya kencang. Dan aku bikin banyak lagu yang nggak bisa dimasukkin ke Dewa, jadi daripada mubazir lebih baik dibawain di band ini," jelas Andra.

Keunikan grup ini secara keseluruhan tercermin dari title-nya "The Backbone". Well, ini memang proyek solo yang nggak mungkin bawa nama "Dewa". "Nama Backbone diambil karna aku ada masalah dengan tulang punggung. Aku sering diolok oleh personil Dewa yang lain, Awas, punggungnya. Awas, pengapuran. Jadi dipikir-pikir seru juga nih The Backbone dan artinya sendiri cukup bagus, orang nggak bisa tegak tanpa ada tulang belakang. Keren lah!" jelas Andra yang berharap musik Andra & The Backbone bisa diterima diberbagai macam segmen pasar.

Tuesday, December 05, 2006

My Chemical Romance (Black Parade, 2006)

Sebenarnya, merunut sejarah band bernama MY CHEMICAL ROMANCE [atau bisa juga disebut My Chem atau MCR] berarti kita bicara pengalaman pahit yang dilihat langsung oleh vokalisnya, Gerrard Way.
Gerrard adalah salah satu saksi hidup ketika teroris meruntuhkan World Trade Center, 11 September 2001 silam. Rasa marah, kesal, gelisah, sedih dan resahnya kemudian dituangkan dalam lagu berjudul Skylines and Turntiles.
Lagu itu juga menjadi semacam opening band yang akhirnya dibentuk oleh Gerrard Way bareng Matt ‘Otter’ Pellisier [drummer pertama yang sudah cabut].

Nama band sendiri diusulkan oleh basis Mike Way ketika membaca buku berjudul Ectassy: Three Tales of Chemical Romance, tulisan Irvine Welsh. Kini band yang diawaki juga oleh Bob Byar [drum], Frank Lero [rhythm gitar], Ray Toro [lead gitar] menjelma menjadi salah satu band papan atas di ranah rock. Mereka terbentuk September tahun 2001 di New Jersey.

MCR “nyaris” identik dengan musik yang berhubungan dengan kematian, horror dan kegelapan. Sebuah pilihan yang dari awal memang sudah mereka tonjolkan. Imej inilah yang MCR bentuk dari awal berdirinya, meski kemudian banyak kritikus musik ya menggolongkan mereka secara perlahan-lahan masuk dalam ranah emo. Tudingan sebagai “anak-anak emo” ini pernah secara kasar dilontarkan oleh band Inggris Kasabian yang menyebut MCR dengan “clowns” atau “emo kids”. Entah mengapa, Kasabian menyebut MCR sebagai satu band yang tidak punya sesuatu yang positif untuk dikatakan. Alamak, segitunya….

MCR juga pernah membatalkan beberapa konser lantaran ketika sedang menggarap video klip ‘Welcome to The Black Parade’ dan ‘Famous Last Words’ [bakal jadi single ke-2] yang digarap oleh Sam Bayer [pernah menggarap klip sukses Nirvana ‘Smells Like Teen Spirit’ dan American Idiot-nya Green Day]. Gara-garanya adalah Gerard Way cedera engkel sementara Bob Byar harus dirawat di rumah sakit karena infeksi. Untung saja dua kip yang sedang digarap sudah selesai.

MCR juga memilih menjadi band dengan basis massa ‘bawah tanah’ atau kelompok akar rumput [grassroots]. Mereka punya fans yang siap “mencaci-maki” habis-habisan dalam forum yang mereka bikin, termasuk di situs resmi mereka. Sisi positifnya adalah, MCR menolak segala atribut yang biasanya dilekatkan pada band, seperti ‘sex icon’ dan sebagainya. Fans membuat mereka menjadi “diri mereka sendiri”.

Album ketiga [yang major label] mereka The Black Parade menempatkan mereka pada tataran papan atas band pengusung alternative rock. Banyak kritikus yang menempatkan album ini sebagai ‘album paling ditunggu’ 2006. Single ‘Welcome to The Black Parade’ menjadi anthem yang wajib diputar [dan dinyanyikan]. Keberanian mempertahankan ciri “gelapnya” menjadikan My Chemical Romance sebagai ‘most wanted band’ terkini.

[joko.moer//rileks.com]

Tracklisting:
1. The End
2. Dead!
3. This Is How I Disappear
4. The Sharpest Lives
5. Welcome To The Black Parade
6. I Don't Love You
7. House Of Wolves
8. Cancer
9. Mama
10. Sleep
11. Teenagers
12. Disenchanted
13. Famous Last Words

Monday, November 27, 2006

Erwin Gutawa In Rockestra

Keinginan Erwin Gutawa untuk mendokumentasikan perjalanan musik rock (di) Indonesia) mulai dekade 70-an hingga sekarang ini patut diacung jempol. Dia memilih lagu-lagu yang pernah menjadi hits pada eranya dari beberapa grup rock yang pernah ada di negeri ini.

Sudah barang tentu, tidak semua lagu-lagu rock itu lantas dikemas dalam album bertajuk "Rockestra" ini. Jalan satu-satunya mungkin adalah dengan melakukan "random sampling". Terutama di era 70-an , memang sangat sulit untuk menemukan lagu-lagu yang murni berkarakter rock dari grup-grup rock yang jumlahnya lumayan bak jamur dimusim hujan. Sulitnya.....karena 80 persen grup-grup rock saat itu lebih cenderung tampil sebagai "copycat" atau "impersonator" dari grup-grup rock mancanegara. Kreativitas bikin lagu rock sendiri jadi terabaikan. Pun ketika grup-grup rock tersebut, semisal Freedom of Rhapsodia, AKA, SAS, Trenchem, Golden Wing, dan lain-lain,masuk ke bilik rekaman, mereka didikte oleh para cukong rekaman untuk menyelipkan lagu "jualan". Nah lagu "jualan" ini sudah pasti berkonotasi pada lagu pop "cengeng". AKA yang beringas di panggung terpakasa harus membuat lagu "Badai Bulan Desember", atau Freedom Of Rhapsodia (ini rock band-nya Deddy Dorres di Bandung) akhirnya melejitkan hit "Hilangnya Seorang Gadis" (karya Sarwono).

Disayangkan lagi di album "Rockestra" ini beberapa karya yang betul-betul rock milik SAS (katakanlah misalnya "Larantuka" atau "Sansekerta) tidak ikut dimasukkan dalam tracklist. Juga Giant Step, Golden Wing, Slank, Edane dan beberapa grup lain seperti Rasela, C'Blues. Padahal 2 grup rock 70-an itu punya hits nasional yaitu "Ikhlas" (C'Blues) atau "Kupergi Bersama Lagu" (Rasela). Bahkan "Ikuti"nya Edane tak terjamah sama sekali.
Mungkin ini adalah ekspektasi yang berlebihan, siapa tahu Erwin telah menyiapkan lagu-lagu rock Indonesia tersebut untuk proyek Rockestra yang selanjutnya.

Toh,arransemen yang dibuat Erwin Gutawa memang megah dan grand. Tapi belum menyentuh karakter rock yang sebetulnya. Simak lagu Harry Roesli "Malaria" yang sebetulnya merupakan metafora protes sosial ketika dibawakan Kikan Cokelat jadi seonggok lagu pop balada yang gak puguh. Sayang banget. Padahal dari departemen lirik saja, lagu yang dirilis Harry Roesli pada album "Philosophy Gang" itu sudah berkesan anti-established dan mbalelo. Simak saja petikan liriknya :

Lanjutkan saja hidup ini
Sebagai nyamuk malaria.......


Beberapa track yang agak lumayan adalah "Kemarau" (Oetje F Tekol) yang dipopulerkan New Rollies pada tahun 1979 terdengar lebih tebal dan ngerock oleh Armand Maulana. Juga duet yang unik antara Andy /rif dan Roy Jeconiah Boomerang pada lagu "Kehidupan" (Jockie Soerjoprajogo) yang dipopulerkan God Bless. Juga interpretasi yang pas oleh pendatang baru Ryo Damara pada lagu "Hilangnya Seorang Gadis". Atau Yopie Mata yang menyanyikan "Rock Bergema" (Roxx).

Catatan lain,penyanyi yang tampil kayaknya berkisar dari itu ke itu saja. Kurang variatif (mungkin karena izin dari pihak label diluar Sony BMG ?).
Namun toh dengan munculnya Achmad Albar dan Nicky Astria di album ini, membuat album "Rockestra" ini juga menyimpan nilai nostalgia.

Dan yang bikin gemes adalah "Overture" yang merupakan potporry sederet hits God Bless. Rasanya inilah track yang paling mewakili idiom "Rockestra" yang sesungguhnya. Dan London Symphony Orchestra melakukan tugasnya dengan baik.

TRACKLIST
1.OVERTURE (GODBLESS MEDLEY)
2.KEHIDUPAN
3.HILANGNYA SEORANG GADIS
4.ROCK BERGEMA
5.MALARIA
6.PERANG DENGAN HATI
7.JENUH
8.KASIH TAK SAMPAI
9.KUINGIN
10.SESAL
11.KEMARAU
12.JANGAN ADA ANGKARA
13.BENDERA


:: by: denny sakri ::


Monday, October 02, 2006

UNGU: Album 'SurgaMu'

Bagi Ungu, musik religi adalah sebuah pengabdian yang total sebagai hamba Tuhan. Walau menghadapi tantangannya dalam penulisan, demi membuat lirik yang menyentuh rasa Ketuhanan banyak orang, akhirnya grup ini berhasil menelurkan sebuah album mini.

Sejatinya musik religi Ungu ini merupakan bagian dari ibadah dan pengabdiannya pada Tuhan. Lirik-liriknya ditulis lebih jujur dan lebih natural. Dengan mengubah lirik cinta universal antar manusia menjadi syair cinta pada kebesaran Tuhan, Ungu mempersembahkan SURGAMU.

Dalam mini album religi ini, Ungu lebih menekankan interprestasi lagu pada kekuatan aransemen. Dan ini terlihat dalam SurgaMu yang teradapat unsur orkestra dengan koor anak-anak dan kalimat yang diulang-ulang: Allahu Akbar Allahu Akbar. Dengan string section gabungan dari orkestra akustik dan string keyboard. Enda memasukkan petikan gitar elektrik dan diiringi koor 8 anak dari Bina Vokalia Pranajaya, dan membuat kesan megah dalam lagunya.

Di lagu Doa yang ditulis Enda, nyaris terdengar layaknya musik pop Ungu, lengkap dengan petikkan gitar Enda dan Oncy yang berdistorsi tipis didalamnya. Bedanya terletak pada beberapa baris syair, satu diantaranya kata Ridho satu kosa kata yang biasa dipakai pada syair lagu Islami.

Di lagu Selamat Lebaran, ciptaan Pasha terbaca sangat universal walau terdengar agak pasaran tetapi merefleksikan kenikmatan lebaran pada suasana "hari kemenangan" di kampung halaman. Dan di lagu Andai Kutahu, Pasha mendapatkan ilham istimewa meski basic liriknya merupakan permainan logika manusia. Setiap manusia harus tahu bahwa Tuhan menciptakan isi dunia dengan penuh warna. Karena itulah, pada lagu ini bisa dijumpai bahasa musik universal.

Dan untuk melengkapi mini album religi ini, dipilih lagu no name Shalawat yang dimainkan dalam tempo lebih lambat, meski tetap mengandalkan peralatan musik lengkap, dari permai'an drum Rowman, 'duet gitar' elektrik Arlonsy Miraldi (Oncy) dan Enda, serta vocal Pasha.

Andai Ku Tahu

andai ku tahu kapan tiba ajalku
ku akan memohon , "TUHAN tolong panjangkan umurku"
andai ku tahu kapan tiba masaku
ku akan memohon, "TUHAN jangan KAU ambil nyawaku"

aku takut akan semua dosa-dosaku
aku takut dosa yg terus membayangiku

andai ku tahu malaikatMU kan mejemputku
izinkan aku mengucap kata taubat padaMU

aku takut akan semua dosa-dosaku
aku takut dosa yg terus membayangiku
ampuni aku dari segala dosa-dosaku
ampuni aku, menangisku bertaubat padaMU

aku manusia yg takut neraka
namun aku juga tak pantas di surga


Lirik selengkapnya di SINI


Thursday, August 24, 2006

/Rif: Album Pil Malu

INILAH album /rif paling ditunggu setelah tiga tahun lebih absen menelurkan album. Sebuah album hasil eksplorasi mendalam atas skill masing-masing personil, maka tak heran jika pengerjaan album ini memakan waktu cukup lama. Eksplorasi tersebut bisa disimak dari sisi sound yang diusung mereka yang sarat akan bebunyian sequencer. Hal ini menegaskan kedewasaan /rif dan kematangannya dalam bermusik. Liriknya pun mengangkat sisi lain dari keindahan cinta dengan menyelipkan kritik sosial. Judul album kelima nya ini adalah Pil Malu, sebuah obat buat kamu yang nggak tahu malu!

/rif adalah salah satu band yang disegani di jagad rock tanah air. Memiliki personil Andy pada vokal, Jikun di gitar melodi, Maggi si jumawa penabuh drum dan Iwan pencabik senar bass serta Ovy di rhythm gitar yang masuk terakhir menggantikan posisi yang ditinggalkan Denny pada tahun 2003. Kilas balik awal terbentuknya /rif adalah ketika mereka dikenal di café-café seputaran Bandung pada tahun 1992. Waktu itu nama bandnya masih Badai Band hingga tahun 1995 mereka mengubahnya menjadi /rif. Di tahun 1997, /rif merilis debut albumnya yang melejitkan single Radja dan berhasil membukukan platinum untuk album ini.

Prestasi /rif pun berlanjut dan sudah tidak diragukan lagi baik di dalam maupun di luar negeri. Pangung demi panggung musik tanah air berhasil dijajaki, tak ayal /rif menjadi band langganan pensi-pensi sekolah. Itu baru yang dalam negeri, untuk yang skala internasional belum lama ini /rif diundang untuk ikut meramaikan sebuah festival tahunan bergengsi bertajuk “Fette de la Musique” di Paris, Prancis.

Album kelima yang bertajuk Pil Malu ini menampilkan 10 buah lagu yang kesemuanya masih dibesut dalam alunan rock. Tanpa banyak berbasa-basi, single unggulan album ini langsung menyajikan /rif yang lebih berenergi. Judulnya “So-Nya”, liriknya dikerjakan secara keroyokan oleh Andy, Jikun, Maggy dan Ovy dan bercerita tentang kritik terhadap seseorang yang disebut mereka sebagai ‘satria berambut palsu’. Cara penyampaiannya cukup berbeda, dengan bahasa slengean, ditambah dengan garapan musik rock yang terasa matang.

Di album ini /rif memang mengangkat isu-isu cinta yang bertema kritik sosial. Liriknya pun diangkat dari kisah sehari-hari dan kejadian yang masih hangat-hangatnya. Coba dengarkan saja “Batas”, lagu yang mengisyaratkan tentang kebebasan untuk berkreasi tak bisa dihalang-halangi. Lain lagi dengan lagu “Pil Malu” yang judulnya juga diangkat sebagai judul album ini. “Pil Malu” bercerita tentang pemilihan orang-orang tanpa rasa malu. Ini adalah cara /rif untuk mengekspresikan isi hatinya terhadap kejadian yang ada saat ini. “Idenya berawal dari rasa frustasi melihat keadaan Indonesia . Tapi karena kita ngeband yah kita hanya bisa menuangkannya ke dalam lagu-lagu bertema sosial,” papar Jikun.

Hadirnya Ovy sebagai gitaris punya makna tersendiri. Ovy yang punya pengalaman akademik di bidang musik dan pernah menghabiskan 3 tahun di London dan 2 tahun di Amerika untuk belajar gitar, berhasil beradaptasi dengan permainan dan musik /rif. Selain itu, Ovy pun menjadi player dan arranger untuk beberapa lagu di album ini. Kemampuan Ovy telah dijajal lewat album The Best Of (2003) dan semakin matang lewat ketrampilannya mengolah sequencer bersama Maggi. Salah satu lagu yang merupakan hasil asah terampil Ovy dan Maggi adalah “Pahit Getir”.

Simak juga lagu berjudul “Bilur”. Sebuah lagu yang ditulis oleh /rif yang terinspirasi dari musibah gempa bumi di Nangroe Aceh Darussalam tahun 2004. Lagu bernuansakan rock-techno ini sebelumnya pernah dimasukkan dalam album kompilasi Kita Untuk Mereka tahun 2005 dan kini lagu tersebut dihadirkan kembali dalam album kelima /rif untuk memberikan semangat bagi bangsa Indonesia.

/rif telah menunjukkan dirinya sebagai band yang tetap eksis di tanah air. Lagu-lagunya masih tetap menyuarakan jerit hati anak manusia. Lewat album ini pun refleksi emosional antar personil pun semakin erat. “Makna album ini buat kita adalah semakin terasanya hubungan anak-anak /rif semakin asyik. Segala cobaan telah kita lalui dan pastinya kita masih tetap optimis. Album ini juga bisa menjadi tolok ukur dari sebuah band yang sudah ada di kancah musik tanah air selama satu dekade lebih,” tandas Jikun.

Monday, August 14, 2006

Cokelat (Untukmu Indonesia-ku)

INDONESIA sebentar lagi merayakan hari jadinya yang ke 61.
Sebagai bingkisan ulang tahunnya, Cokelat menghadirkan sebuah album bertema patriotisme yang bertajuk Untukmu Indonesiaku.
Bingkisan teramat spesial dari Cokelat yang juga baru merayakan ulang tahunnya yang kesepuluh ini, berisikan daur ulang 8 buah lagu wajib nasional dan lagu bertema perjuangan ditambah 2 buah lagu baru dari Cokelat.

Lagu daur ulang ini sengaja dihadirkan Cokelat dengan ramuan musik pop modern tanpa menghilangkan ruh lagu aslinya. Sedangkan dua buah lagu barunya bisa jadi merupakan anthem setelah “Bendera”. Seperti apa album Cokelat kali ini yang membuat Cokelat harus menyepi di luar Pulau Jawa dan juga membuat Kikan menangis saat take vokal?

Album ini diberi judul Untukmu Indonesiaku berisikan 10 buah lagu bertemakan perjuangan dan semangat patriotisme Indonesia .
Di album ini, terdapat pula tiga buah lagu milik Cokelat yaitu lagu “Bendera” yang di mix ulang ditambah dua buah lagu baru Cokelat berjudul “Cinta Damai” dan “Ikrar Kami”.
Semuanya diracik dalam ramuan pop modern dan dibumbui sweet rock ala Cokelat.
Segmentasi album di bagi dalam dua kubu yaitu ballad dan rock sehingga diharapkan semua pendengar musik baik musik keras maupun musik lembut dapat menikmati album Untukmu Indonesiaku ini.

Untukmu Indonesiaku ini dihadirkan tepat di ulang tahun negeri tercinta Republik Indonesia yang ke-61.
Bingkisan ini amat spesial dalam menghadirkan sesuatu untuk Indonesia yang sesuai dengan kemampuan Cokelat.
Kami bikin album ini untuk memberi sesuatu bagi Indonesia yang tentunya sesuai dengan kemampuan Cokelat yaitu bermusik. Cokelat merasa, sudah saatnya melestarikan lagu nasional yang sekarang ini sudah tenggelam dari hinggar bingar oleh musik modern,” tandas Edwin, gitaris Cokelat.

Pengerjaan album memakan waktu sekitar tiga bulan dan menyita perhatian personil Cokelat secara khusus.
Cokelat menyisihkan waktunya untuk memilih dan mengaransemen lagu-lagu perjuangan yang akan dimasukkan ke album Untukmu Indonesiaku di tengah-tengah promo tur album The Best Of Cokelat ‘Tak Pernah Padam’.
Cokelat juga menyempatkan diri untuk melakukan riset singkat tentang lagu-lagu perjuangan yang populer di tengah masyarakat di kota-kota yang mereka singgahi selama tur.
Dari riset singkat tersebut, Cokelat menemukan tak banyak lagu-lagu perjuangan yang dikenal oleh anak muda sekarang.
Hal ini sempat membuat sedih Cokelat namun hal ini juga yang menjadi cambuk motivasi Cokelat untuk segera menggarap album ini.

Demi mendapatkan feel yang pas dalam menggarap album ini, Cokelat hijrah ke Pulau Bali. Selama empat hari di akhir bulan Mei 2006 mereka masuk studio dan merekam lagu-lagu tersebut.
Mengapa Pulau Bali yang dipilih untuk proses rekaman album ini? Ronny, bassis Cokelat, coba mengungkapkan, “Pulau Bali identik dengan wisata Indonesia . Pulau ini adalah identitas Indonesia di mata dunia. Kami mencoba menangkap emosi tersebut dari turis-turis yang datang di Pulau ini. Kami juga ingin mengangkat Bali kembali setelah beberapa kali Pulau ini digoncang bencana.”

Tak hanya proses rekaman, pemotretan gambar-gambar untuk album ini pun dilakukan di Bali . Personil Cokelat berbaris rapih dalam pakaian dinas upacara Paskibra di bibir pantai.
Mereka tampak gagah menatap cakrawala langit dibawah kibaran bendera merah putih.
Sesi pemotretan ini sempat menarik perhatian wisatawan manca negara yang melintas.

Memasuki pertengahan bulan Juni 2006 lagu-lagu untuk album Untukmu Indonesiaku ini selesai direkam.
Setelah proses seleksi terpilihlah sepuluh lagu yang akan dimasukkan ke album Untukmu Indonesiaku. Lagu-lagu tersebut adalah:

1. Satu Nusa Satu Bangsa
Lagu karya Liberty Manik atau akrab dengan L. Manik, komponis kelahiran Batak, menjadi single pertama album Untukmu Indonesiaku. Tema patriotik sangat terasa di lagu ini. “Satu Nusa Satu Bangsa” diaransemen kembali oleh Cokelat dengan irama ballad-rock dengan dukungan orkestrasi dari Sa’unine.

2. Tanah Airku
Lagu ini memiliki makna mendalam bagi Cokelat. Saat take vokal lagu karya Ibu Sud ini, Kikan sempat meneteskan air mata waktu menyanyikan lirik lagunya. “Sedih banget waktu menyanyikan liriknya. Memang sih lagu itu diciptakannya sudah lama, tapi keadaannya bertolak belakang dari kenyataan sekarang. Sedih tapi saya harus bangga sebagai orang Indonesia ,” papar Kikan. Lagu ini memasukkan unsur irama Minang yang dimainkan oleh Jazzer handal, Riza Arsyad.

3. Kebyar Kebyar
Nuansa rock yang hadir disini sangat kental. Cita suara metal ini berhasil menghadirkan lagu karya Gombloh semakin menghentak. Lewat lagu ini, Cokelat ingin mengorbarkan kembali semangat pemuda Indonesia untuk berani berkorban demi Indonesia .

4. Cinta Damai
Ini adalah lagu yang diciptakan oleh Edwin Cokelat. Lagu ini mencoba mengangkat tema patriotik sesuai dengan keadaan saat ini. Dalam tempo ballad, Cokelat mencoba membangkitkan semangat untuk tetap menjaga perdamaian di Indonesia .

5. Syukur
Lagu wajib yang harus dinyanyikan saat Upacara Bendera ini dibawakan kembali ala Cokelat. Meskipun dibawakan dengan gaya nge-rock, lagu ini kesan khidmatnya tetap terjaga. Tembang ini adalah karya H. Mutahar yang diperkenalkan pada Januari 1945. Biasanya lagu ini dinyanyikan hanya lirik versi pertamanya saja yaitu lirik yang berisi gita puja terhadap Tuhan. Namun disini, Cokelat membawakan juga dua versi lainnya yang bercerita tentang rasa terima kasih pada pahlawan bangsa dan apresiasi terhadap kegiatan Pramuka Indonesia . Cokelat berhasil mendeskripsikan lagu ini kembali menjadi sebuah lagu rock modern yang tidak membosankan.

6. Bangun Pemudi Pemuda
Lagu ini dibuka dengan pembacaan Sumpah Pemuda oleh para personil Cokelat. Khusus lagu ini, Anda akan dibawa ke dimensi jauh di masa depan. Bekerja sama dengan DJ T3ORY dari Mobil Derek, lagu karya A. Simanjuntak ini menjadi lagu bernuansa elektronika. Sangat kreatif, memang.


7. Ikrar Kami
Lagu baru kedua dari Cokelat yang hadir di album ini. Lirik dan lagunya sarat akan melodi pop yang riang dan ditulis oleh Ernest Cokelat. Biasanya Cokelat menulis lagu bertema cinta dan patah hati namun kali ini muncul sebuah lagu dengan tema berbeda. Ini adalah salah satu karya Cokelat yang didedikasikan untuk semangat nasionalis.

8. Halo-Halo Bandung
Sengaja dipilih lagu karya Ismail Marzuki ini untuk masuk ke dalam album Untukmu Indonesiaku. Cokelat sebagai band yang berasal dari kota Bandung merasa lagu ini wajib diperdengarkan kembali dalam nuansa rock modern.

9. Bendera (New Version)
Hadirnya album perjuangan Untukmu Indonesiaku ini tak dipungkiri lagi ada dibalik kesuksesan single Bendera. Cokelat menghadirkan kembali lagu karya Eross Sheila on 7 yang dikenal tahun 2002 dalam versi yang berbeda. Kali ini, lagu yang sempat menjadi lagu tema film nasional karya Nan . T Achnas, dihadirkan dengan raungan gitar yang padat. Melodi dan distorsi dari gitar yang berbeda dari aslinya semakin membakar semangat untuk tetap menjunjung tinggi nasionalisme.

10. Hari Merdeka
Untuk lagu ini, Kikan punya maksud tersendiri, “Lagu-lagu wajib nasional bertema perjuangan kental akan orkestrasi, maka itu kami tidak ingin menghilangkan elemen penting dari lagu tersebut. Kami menggabungkan rock Cokelat dengan orkestrasi alat musik gesek dalam lagu perjuangan yang kami aransemen ulang.” Lagu bertempo mars ini memang hadir dalam rock yang dasyat ditambah cita suara string dari orkestrasi Sa’unine. Hal ini semakin memantapkan lagu karya H. Mutahar menjadi lagu dengan irama rock modern yang pantas.

Official Site:
www.cokelat.net

Fourplay (Album: X)

Album X Milik Fourplay Telah Dirilis !

Siapa tak kenal Fourplay? Supergrup ini berisikan musisi-musisi handal dibidangnya.
Sedikit band yang tetap eksis dan mampu mempertahankan performance-nya dengan baik.
Diantara yang sedikit itu adalah FOURPLAY, kuartet yang terdiri dari musisi kawakan Bob James (keyboard, piano), Harvey Mason Sr (drum, perkusi), Larry Carlton (gitar) dan Nathan East (bass). Mereka teguh setia di jalur contemporary jazz dan berkarir secara cemerlang selama lebih dari 15 tahun lamanya.

Kini FOURPLAY merilis album terbaru yang merupakan album kesepuluh berjudul X, karya yang menampilkan talenta tertinggi dari setiap personilnya. Ada 9 karya yang dikemas di album ini, dimana mereka masih mengandalkan musik smooth jazz yang konsisten dimainkan sejak dari album pertama.

Dentingan piano James dengan pas mewarnai setiap komposisi, dipadu dengan petikan gitar Carlton yang elegan nan bluesy. Adapun Nathan East mengimbanginya dengan sentuhan betotan bass lembut, dimana sesekali vokalnya mengiringinya. Mason tak ketinggalan memberikan sentuhan perkusi yang ritmis dan nge-groove. Sebuah kombinasi sempurna, yang menghantarkan penikmat musiknya dalam suasana cozy, romantis, dan penuh intimacy.

Proses penggarapan album terbaru ini terbilang cukup unik. Kalau di album-album sebelumnya mereka biasanya membuat demo kemudian berkumpul di studio untuk digarap bareng. Kini dengan perangkat teknologi, masing-masing personil membuat komposisi dan saling mengirimkan ke personil lain dalam bentuk file MP3, untuk diisi sesuai parts masing-masing. Baru pada tahap penyempurnaan mereka berkumpul di studio.

Dari 9 karya yang ada, delapan buah merupakan komposisi instrumental dan satu lagi karya berjudul “My Love’s Leavin’,” yang menghadirkan vokalis tamu Michael McDonald. Keterlibatan penyanyi yang berciri khas vokal soulful baritone dengan Fourplay ini bukan kali pertama. Sebelumnya Fourplay pernah bekerja sama menggarap proyek album McDonald dibawah Motown dalam lagu Stevie Wonder berjudul Too High. Dengan pengalaman tersebut, mereka sepakat untuk menjalin kerjasama lagi dengan menggarap lagu milik Steve Winwood berjudul My Love’s Leavin’. Single inilah yang menjadi penggerak Fourplay untuk memperkenalkan album X.

Album X dari Fourplay diluncurkan di pasaran tepat pada 8 Agustus 2006. Bertepatan dengan rilis album ini, FOURPLAY mengadakan rangkaian konser dunia. Diprakarsai oleh promotor Buena Produktama, Fourplay menggelar konser di Indonesia tepatnya di Surabaya (13 Agustus) dan Jakarta (14 Agustus) 2006. Kehadiran band ini beserta album barunya diharapkan menjadi pemuas kerinduan para pencinta musik di tanah air.

Track Listing
1. Turnabout
2. Cinnamon Sugar
3. Eastern Sky
4. Kid Zero
5. My Love's Leavin' (feat. Michael McDonald)
6. Screenplay
7. Twilight Touch
8. Be My Lover
9. Sunday Morning

Official Site: www.fourplayjazz.com

Friday, August 04, 2006

Keane: Under The Iron Sea

MESKI banyak yang bilang kalau Keane cuma mengekor Coldplay, band yang digawangi oleh Tom Chaplin, Tim Rice Oxley dan Richard Hughes ini tetap pede dan bangga dengan albumnya dan sukses mengibarkan bendera sendiri.
Terbukti dengan dua penghargaan dari ajang Brit Awards 2005 berhasil mereka kantongi, masing-masing untuk kategori Album Terbaik lewat album debut mereka, Hopes and Fears dan Artis Pendatang Baru Terbaik.
Nggak ketinggalan nominator Artis Pendatang Baru Terbaik pada Grammy Awards 2006 ini.
Sebab ketenaran dan kesuksesan bisa berefek dua sisi. Negatif dan juga positif. Sisi positifnya rasanya semua orang udah paham, tapi sisi negatif, kadang kita kudu ngalamin sendiri biar tahu tekanan di saat diri terkenal.

Buat band ketenaran bisa jadi tekanan yang berujung pada perpecahan. Udah banyak band yang ditinggal personil atau bubar jalan justru di puncak ketenaran. Melulu karena nggak mampu menghadapi sukses. Personil Keane tahu benar soal ini. Di saat kesuksesan yang dulu mereka idamkan ada di genggaman, perasaan senang justru nggak melulu datang. Band mana pun mungkin sedang menikmati kesenangan luar biasa tur bareng U2 di Amerika. Tapu di saat ini nasib Keane malah ada di ujung tanduk.

Enam bulan lalu saat album Under The Iron Sea dalam masa pengerjaan, Tom Chaplin beneran nggak nongol. Cuma Tim dan Richard Hughes yang berkutat di dalam studio. Bulan November ketika sesi rekaman dipindah ke Studio heliocentric wilayah Sussex Timur tempat Hopes and Fears digarap, tiga orang ini udah nggak saling komunikasi lagi.

Dua minggu setelah itu saat rekaman lagu Crystal Ball, Tim berusaha menghubungi Tom lewat telepon. Teleponnya sih diangkat, tapi Tom nggak mau buka pintu dan membiarkan tim masuk untuk ngomong baik-baik. Diperlakukan kayak begitu, Tim jelas keki berat. Dia membanting pintu VW Golf-nya dengan keras.

Cerita ini jelas berakhir relatif bahagia. Album kedua Keane, Under The Iron Sea akhirnya dirilis. Dan kesan gelap dari sisi lirik begitu terasa. Dari latar belakang kondisi band saat pembuatan album jelas jadi bahan bakar Tom Chaplin dan Tim Rice-Oxley dalam menulis lagu.

Kalau Hopes and Fears lebih terasa romantis dan penuh rasa positif, lain halnya dengan Under The Iron Sea. Keane mengumbar album yang lebih gelap dan kurang romantis. Beberapa lagu terasa diwarnai ketidaktertarikan mereka terhadap kondisi dunia. Keane seperti mengantarkan rasa frustasi yang dirasakan banyak orang akibat perang misalnya, di sisi lain “rasa sakit” di dalam grup juga diungkapkan.

Kondisi yang boleh dikata carut marut saat produksi album kedua ini jelas berpengaruh besar sama kondisi hati dan pikiran. Sementara musisi layaknya seniman lain butuh hati dan pikiran untuk berkarya. So, apa warna hati dan kepala, itu juga warna karya mereka.

Lagu berwarna “abu-abu” seperti A Bad Dream dan Crystal Ball terasa seperti itu. Rasa kecewa Tom Chaplin saat tumbuh dewasa dituangkan dalam Atlantic yang diwarnai string synthesizer dan permainan piano Tim Rice-Oxley.

Dengan latar belakang seperti itu juga pemilihan sound dilakukan. Jalur ekspresi perasaan itu diganti dengan masuknya suara baru dalam aransemen lagu. Sebuah piano elektrik tua digabung dengan berbagai macam synthesizer analog dan dikombinasikan dengan pedal efek gitar vintage. Dari sinilah sound lagu dalam Under The Iron Sea terasa beda dengan Hopes dan Fears.

Lewat album ini status Keane sebagai band global bakal makin panjang. Masalahnya apakah trio ini akan terus bertahan ke depan? Yang ini beneran gelap. Tom Chaplin berencana menelorkan album solo. Tim Rice Oxley dipastiin bakal jadi produser dan Richard Hughes juga bantu ngisi part drum. Tapi yang ini bukan proyek Keane.

Namum, cap sebagai Coldplay tiruan nggak kunjung luntur, siapapun pasti nggak akan mau berada dibawah bayang-bayang orang lain. Selain Coldplay, Keane juga dituding meniru Radiohead, band alternatif era 90-an. Setuju atau nggak, Keane dicap sebagai band imitator, yang jelas ada benang merah di antara ketiganya. Semuanya berasal dari Inggris.

Moga-moga Keane nggak bubar. Tapi kalau itu terjadi juga mau dibilang apa. Daripada mikirin itu, lebih baik kita nikmatin aja “kegelapan” ala Keane dalam Under The Iron Sea, yang jauh lebih nikmat dan menyenangkan.

Friday, July 07, 2006

Pearl Jam: Life Wasted

Pearl Jam video - Life Wasted

Friday, June 23, 2006

Nidji, Warna Pelangi Rasa Coldplay

Setelah denger lengkap album Nidji "Breakthru" tak terasa seperti denger kelompok musik aliran modern rock bule (terutama band-band british) dengan irama yang familiar dan enak di kuping, apalagi pada lagu dengan bahasa Inggris.
Emang mereka ngakuin kalo terpengaruh ama band-band luar seperti Coldpaly, Keane, L'Arc-en-ciel, Go Go Dolls, U2, Radiohead, Smashing Pumpkins, The Verve, Dave Mathews & The Killers.
Dengan format musik modern rock yang dipadu ama unsur punk, pop, alternatif & progresif emang secara langsung maupun tak langsung Nidji terpengaruh & terinspirasi ama band-band tersebut.

Yang menjadi nilai lebih dari Nidji juga karena karakter suara (dan rambut kribo?) dari Giring sang vokalis yang khas, fasih dan kental aroma britishnya.
Selain itu Nidji merupakan satu-satunya band baru yang dianak-emaskan Musica untuk menembus pasar internasional negeri seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Jepang dan Korea untuk tahap awalnya. Dan untuk pasar lokalpun promosinya digeber habis-habisan dibandingkan band baru lainnya dari Musica seperti masuk di MTV Exclusive Artists dan penayangan video klip or nongol di TV yang lebih sering hingga da media yang bilang kalo Nidji bakal menggusur Samsons. Ya kita tunggu aja!.

Nidji, bersal dari kata Jepang Niji yang berarti pelangi yang merefleksikan warna musik dari para personil yang beragam dari kelompok musik asal Jakarta yang diproduseri Noey Java Jive (sebelumnya Noe melejitkan Peterpan & Letto).
Nidji sebenernya terbentuk tahun 2002 dan formasi terakhir beranggitakan Giring (Vokal), Rama (Gitar), Ariel (Gitar), Randy (Keyboard), Andro (Bas) dan Adri (Drum).

Seluruh lagu dari album Breaktru berjumlah 10 buah (Sudah, Hapus Aku, Bila Aku Jatuh Cinta, Heaven, Manusia Sempurna, Child, Disco Lazy Time, Engkau, Breakthrough & Kau Dan Aku) dengan warna yang berbeda-beda mulai dari yang romantis sampai yang berirama disko .

Sebut saja track "Sudah", "Hapus Aku", "Bila Aku Jatuh Cinta" yang banyak bermain dengan ritme slow melankolis dan easy listening dengan kental aroma Coldplay-nya, nyaman di kuping serta mengena dengan lirik-liriknya.

Single yang paling enak didengar yakni "Child" sangat menyentuh sampai akhir lagu, dibuka sama denting piano yang memainkan satu not secara repetitif plus entakan drum sebagai ground, singel ini langsung mengingatkan kita pada Coldplay.
Lafal british Giring yang nyaris sempurna dalam menyanyikan lirik dalam bahasa inggris, plus timbre dan cengkoknya yang mirip-mirip orang bule, makin memperkuat kesan itu.

Single kedua mereka "Sudah" yang akan membawa kita ikut merasakan pedih dan dramatisnya sebuah kejadian yang memilukan dan mengiris lubuk hati kita yang paling dalam, sebuah kejadian cinta yang sangat menyentuh dan seringkali terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Beat drum, suara keyboard dan vocal Giring yang soulful diawal lagu langsung membawa kita ke suasana sebuah hati yang penuh penyesalan pada sebuah tragedi yang telah terjadi atas ketidakcocokan dalam satu hubungan yang terpakasa harus berakhir walaupun masih saling menyayangi, apalagi dengan sentuhan gitar akustik yang dimainkan Rama.
Semuanya dikemas rapi dengan nuansa britpop yang kental. Musiknya menjadi penuh dan mantap.
Dramatisasi lagu ini diperkuat suara string pada bridge setelah reffrain dengan lirik yang amat menyentuh itu.

Single "Heaven" yang sempat terasa Keane sbenernya sempet dirilis sekitar akhir 2004 dalam bentuk mini album (2 lagu) oleh produser independen cuma dicetak sekitar 500 keping, mini album berbahasa Inggris itu ternyata laris manis.
Singel "Heaven" pun sempat jadi jawara di chart independen beberapa radio swasta beken di Jakarta.
“Heaven buat kami tuh ibarat cerminan enerjinya Nidji. Almost perfect deh. Dari segi lirik maupun musik. Kami selalu enjoy maininnya,” ungkap Rama, gitaris yang sampe saat ini masih nyambi sebagai penyiar di sebuah radio swasta di Jakarta.
“Makanya kami ngotot buat masukin lagu ini ke album ini. Biarpun konsekuensinya kami musti take ulang, dan sedikit diubah aransemennya,” timpal Giring, yang membuat sebagian besar lagu Nidji.

Mo denger pengaruh kelompok bule yang lain?
Coba simak "Manusia Sempurna" & "Jika Kau dan Aku" kita akan terbawa nuansa yang dingin namun ramah ala Embrace.
Trus simak "Hapus Aku, "Engkau" dan "Heaven" kita diajak untuk sedikit mengentakkan kaki sembari memupuk sedikit optimisme dalam atmosfer anthemic ala Keane.
Jangan kaget pula kalo setelah puas merenung tau-tau kita dibawa berjingkrak dalam balutan new wave ala The Killers atau Interpol dalam lagu "Disco Lazy Time" dan "Breakthrough"

So... itulah Nidji satu lagi musik indonesia yang berwarna pelangi.


Wednesday, June 14, 2006

Yngwie Malmsteen, Pahlawan & Pelopor Shredder

Yngwie Malmsteen merupakan pelopor yang melahirkan seluruh gitaris shredder yang ada.
Setelah Eddie Van Halen (Van Halen) pertama kali membawakan tembang "Eruption" pada tahun 1978 yang memperkenalkan teknik "two handed tapping", Yngwie meluncurkan album klasik baroque shred debutnya "Rising Force" yang mengegerkan komunitas gitar rock, menciptakan standar baru untuk kecepatan & keahlian dalam bermain.

Warna "Neo-Classical" yang di bawahkan Yngwie adalah berdasarkan struktur komposisi dari J.S Bach (1685-1750) dan Niccolo Paganini (1782-1840).
Setelah itu muncul para gitaris shredder yang menghasilkan sekian banyak album yang sukses. Hampir setiap minggu muncul gitaris baru yang mengklaim dirinya sebagai gitaris baru yang paling cepat di dunia.
Sebagai contoh: Paul Gilbert, Marty Friedman, Jason Becker, Richie Kotzen, Vinnie Moore, Tony Macalpine, Greg Howe, dll.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Yngwie merupakan pahlawan gitar yang patut diacungi jempol.

Pernikahan ayah Yngwie (seorang kapten tentara) dan ibunya (Rigmor - seniman) diakhiri dengan penceraian tidak lama setelah Yngwie lahir.
Di samping itu Yngwie juga memiliki seorang kakak perempuan bernama Ann Louise dan kakak lelaki Bjorn. Yngwie terlahir sebagai anak bungsu yang liar, tidak bisa diatur dan ceria.
Pada awalnya Yngwie mencoba untuk mempelajari piano dan trumpet tetapi ia tidak dapat menguasai alat musik tersebut.
Acoustic guitar (gitar bolong) yang dibeli oleh ibunya pada waktu dia berusia 5 tahun juga tidak disentuh Yngwie dan dibiarkan bergelantung di dinding.
Sampai akhirnya pada tgl 18 September 1970, Yngwie melihat sebuah acara spesial mengenai meninggalnya Jimi Hendrix.
Di situ Yngwie yang masih 17 tahun tsb menyaksikan bagaimana Jimi Hendrix menghasilkan bunyi feedback guitar dan membakar gitarnya di depan penonton.
Pada hari wafatnya Jimi Hendrix tsb lahirlah permainan gitar Yngwie.
Yngwie yang penasaran tersebut kemudian membeli sebuah Fender Stratocaster murah, mencoba memainkan tembangnya Deep Purple dan menghabiskan banyak waktu untuk mengetahui rahasia dari alat instrumen dan musiknya sendiri.

Kekaguman Yngwie terhadap Ritchie Blackmore (gitaris Deep Purple) yang dipengaruhi oleh musik klasik dan kekaguman terhadap kakak perempuannya yang sering memainkan komposisi Bach, Vivaldi, Beethoven, dan Mozart, memberikan ide kepada Yngwie untuk menggabungkan musik klasik tersebut dengan musik rock.
Yngwie terus bermain seharian penuh sampai tidurpun dia masih tetap bersama gitarnya.
Pada usia 10 tahun, Yngwie menggunakan nama kecil dari ibunya "Malmsteen", mengfokuskan seluruh energi dia dan berhenti bersekolah.
Di sekolah Yngwie dikenal sebagai pembuat onar dan sering berantem, tetapi pintar dalam pelajaran bahasa Inggris dan seni.
Ibunya yang menyadari bakat musiknya yang unik, mengizinkan Yngwie tinggal di rumah dengan rekaman dan gitarnya.
Setelah menyaksikan violinis Gideon Kremer membawakan komposisi Paganini: 24 Caprices di televisi, Yngwie akhirnya mengetahui bagaimana cara mengawinkan musik klasik dengan skill permainan dan karismanya.

Yngwie dan beberapa temannya merekam 3 lagu demo dan dikirim ke studio rekaman CBS Swedia, tetapi rekaman tersebut tidak pernah digubris atau diedarkan.
Oleh karena frustasinya, Yngwie menyadari bahwa dia harus meninggalkan Swedia dan mulai mengirimkan demo rekaman dia ke berbagai studio rekaman di luar negeri.
Salah satu dari demo tape Yngwie ternyata jatuh ke tangan konstributor Guitar Player dan pemilik Shrapnel Records: Mike Varney.
Akhirnya Yngwie mendapat undangan ke Los Angeles untuk bergabung dengan band terbaru Shrapnel: "Steeler" dan seterusnya yang disebut sebagai sejarahnya.

Pada bulan February 1983 Yngwie berangkat dari Swedia ke Los Angeles dengan bekal keahlian dan gaya permainan barunya.
Selanjutnya permainan Yngwie dikenal dunia dengan permainannya yang sangat cepat di intro lagu "Hot On Your Heels".
Yngwie kemudian pindah ke group band Alcatrazz, sebuah band yang bergaya "Rainbow" dan didirikan oleh penyanyi Graham Bonnett.

Walaupun telah bergabung dengan Alcatrazz yang menampilkan sekian banyak solo hebat di lagu "Kree Nakoorie", "Jet to Jet," dan "Hiroshima Mon Amour", Yngwie masih merasa terlalu dibatasi oleh band itu sendiri.
Akhirnya Yngwie berpikir bahwa hanya album sololah yang menjadi solusi terbaik.
Album solo pertama Yngwie: Rising Force (kini dinobatkan sebagai kitab musik rock Neo-Classical) berhasil memasuki nomor 60 di tangga Billboard charts untuk musik instrumental gitar tanpa berbau komersil.
Album ini juga memenangkan nominasi Grammy untuk Instrumental Rock Terbaik.
Tidak lama kemudian Yngwie terpilih sebagai Gitaris Pendatang Baru Terbaik di berbagai majalah dan media, Gitaris Terbaik Tahun Itu, dan Rising Force menjadi Album Terbaik untuk tahun itu juga.

Pada 22 June 1987 mendekati ultah Yngwie yang ke-24, Yngwie mengalami kecelakaan dengan mobil Jaguarnya yang mengakibatkan dia koma hampir seminggu.
Penyumbatan darah pada otak Yngwie juga menyebabkan tangan kanannya tidak berfungsi. Karena takut akan karirnya yang akan berakhir itu, Yngwie dengan susah payah mengikuti terapi untuk memulihkan kembali tangan kanannya.
Setelah itu Yngwie mendapat cobaan lagi dari kematian ibunya di Swedia akibat penyakit kanker yang menghabiskan banyak biaya medical.
Jika Yngwie orang lain, mungkin sudah menyerah dengan nasib seperti itu, tetapi Yngwie justru berubah dan kembali ke musiknya dengan semangat tinggi.

Setelah itu Yngwie meluncurkan album yang laris manis seperti Odyssey, Eclipse, Fire & Ice, Seventh Sign, I Can't Wait, Magnum Opus, Inspiration, Facing the Animal, Alchemy, War To End All Wars dan akhirnya Yngwie berhasil mewujudkan cita-citanya untuk bermain bersama sebuah Orkestra penuh di salah satu album terbarunya: Concerto Suite for Electric Guitar and Orchestra in Eb minor, Op. 1 (tahun 1998).

Ketika merelease albumnya Eclipse (1990), Yngwie sempat tour dan membuat konser yang sukses di Indonesia (Jakarta, Solo, & Surabaya).
Pada bulan July 2001 Yngwie juga akan konser kembali di Indonesia, namun dibatalkan karena pemerintah USA & istrinya menasehati Yngwie akan keamanan politik di Indonesia.
Padahal tiket Yngwie sudah sempat laku keras di Indonesia, penggemar Yngwie di Indonesia boleh kecewa.

Album-album berikutnya adalah Attack!! yang memuat nomor hits instrumental Baroque & Roll.
Pada tahun 2003, Yngwie diajak bergabung dalam formasi G3 bersama Joe Satriani dan Steve Vai yang menelurkan 1 album dan 1 video.
Setelah selesai tur bersama G3, ia merampungkan album terbarunya Unleash The Fury.
Album tersebut direlease diawal taun 2005.

Nama Lengkap: Lars Johann Yngwie Lannerback
Website Resmi:
yngwie.org
Tempat/Tgl Lahir: 30 Juni 1963 di Stockholm, Swedia.
Group Band Saat Ini: Yngwie Malmsteen Band
Group Band Sebelumnya: Steeler, Alcatrazz,
Pengaruh: Niccolo Paganini, Jimi Hendrix, Ritchie Blackmore, J.S.Bach, Antonio Vivaldi, W.A.Mozart,
Gitar: Fender Stratocaster Yngwie Malmsteen Signature Series
Keahlian: Neoclassical, Alternate Picking, Arpeggio, dll.

(Sumber: gitaris.com)


Thursday, June 08, 2006

Steve Vai: Dewa Gitar Yang Flamboyan & Serba Bisa

Siapa yang tidak kenal dengan dewa gitar yang satu ini? Permainannya mulai dari blues, jazz, rock sampai klasik dan ethnic music.
Permainan gitarnya pun tidak terbatas pada komunitas gitar saja tetapi juga bagi orang-orang awam yang tidak mendalami gitar.

Pada umur 6 tahun, Steve mulai belajar piano. Pada umur 10 tahun, Steve mulai belajar bermain akordeon. Pada umur 13 tahun barulah Steve mulai mendalami gitar dan sejak saat itu lahirlah seorang dewa gitar yang baru.

Steve Vai mengawali karirnya dengan album debutnya Flex-Able Leftovers pada tahun 1984. Pada tahun 1990, Steve merilis album keduanya yang berjudul Passion and Warfare. Album ini mendapat pengakuan internasional dan Steve memenangkan polling pembaca majalah Guitar Player dalam 4 kategori yang berbeda. Album Steve yang ketiga berjudul Sex & Religion dirilis tahun 1993 dan album keempatnya Alien Love Secrets dirilis tahun 1995. Pada tahun 1996 album kelima Steve Fire Garden dirilis.

Tahun 1999, Steve meluncurkan album keenamnya yang berjudul Ultra Zone. Dalam album ini Steve lebih banyak memfokuskan dirinya dalam komposisi lagu dan bereksperimen dengan gitarnya. Tahun 2001 album The Seventh Song dirilis dan album ini berisi lagu-lagu slow/ballad yang pernah dirilis Steve dengan ditambah beberapa lagu baru. Dan di tahun 2001 Alive in an Ultra World pun dirilis.

Steve Vai juga pernah memproduksi 2 album Natal yang berjudul Merry Axemas Vol.1 dan Merry Axemas Vol.2, juga konser G3 bersama Joe Satriani dan Eric Johnson/Kenny Wayne Shepherd dan terakhir John Petrucci turut juga bergabung dalam G3.

Belakangan ini Steve Vai lebih memfokuskan diri bereksperimen pada permainan gitarnya dan sekarang ini band Steve Vai ditambah seorang pemain bass yang sudah tidak asing lagi buat fans-fans rock tahun 80-an, Billy Sheehan. Belum pasti kapan album barunya akan beredar, kita tunggu saja... liberty and justice for all!!!

Nama Lengkap: Steven Siro Vai
Website Resmi: Vai.com
Tempat/Tgl Lahir: 06 Juni 1960 di New York, USA
Group Band Saat Ini: Steve Vai
Group Band Sebelumnya: Hot Chocolate, The Ohio Express, Circus, Rayge, Bold As Love, Axis, Morning Thunder, Frank Zappa, The Out Band, The Classified, 777, Alcatrazz, David Lee Roth, Whitesnake
Pengaruh: Joe Satriani, Frank Zappa
Gitar: Ibanez Universe, Ibanez JEM
Keahlian: semua teknik dalam buku pelajaran gitar bisa dilakukannya dengan sempurna!!!


sumber: gitariscom

Monday, June 05, 2006

Sheilla On7, Album "507"

Anda suka dengan musik dari group band Sheila On 7..??
Hari ini tanggal 5 Juni 2006, Sheila On 7 akan melepas album kelimanya yang bertitel '507'. Launching secara resmi juga dilakukan di Plasa Semanggi hari ini juga.
Salah lagu andalannya yang berjudul 'Mantan Kekasih', liriknya dibuat oleh Eros.

Lagu ini sendiri kalau menurut saya, jujur.. enggak enak..., tapi kalau lagu ini diputer terus-menerus.. jadi enak juga.
Itupun kalau muternya di tengah kesunyian malam, baru pass.. Tapi itu kan menurut penilaian saya lhoo...

Emang, Sheilla on 7 sedang "kalah pamor" dengan band-band baru yang bermunculan dan menelorkan hits., S07 juga sedang dirundung masalah, dengan keluarnya Sakti, gitaris, yang memilih mendalamai agama dan S07 juga dianggap "hanya" mengais-ais sisa kesuksesan. Benarkah?

Tampaknya tudingan-tudingan itu masih harus dibuktikan. Keraguan yang yang mengatakan S07 sudah "habis" masih harus diperdebatkan lagi.
Kalo kita simak album terbaru band asal Jogjakarta ini yang diberi titel simpel "507" ada kecenderungan band ini kembali pada kesederhanaan lirik dan musikalitas yang tidak "neko-neko" lagi.

Wajar saja sebenarnya. Band yang kini diawaki Eross Chandra [gitar], Adam Subarkah [bass], Brian [drum, personil baru] dan Duta [vokal], sudah menginjak 10 tahun berkarir di pentas musik Indonesia.
Kalau sekarang mereka merilis album baru, itu bagian dari eksistensi dari sekumpulan anak Jogja yang sudah menelorkan banyak hits ini.

Album ini terdengar lebih "personal" dan matang secara penjiwaan.
Single pertamanya Mantan Kekasih bisa membuat kamu nangis-nangis kalau menyimak liriknya yang dibuat Eross.
Lagu yang penulis sebut "hymne-pop" ini terdengar menyayat tapi gampang dihapal dan langsung kena.
Penggarapan yang lebih santai, membuat album ini terdengar lebih fresh dengan muatan bobot yang berkualitas.

Beberapa lagu penting mendapat catatan.
Selain single pertama, lagu Pemenang juga menjadi penting lantaran masuk dalam theme song Piala Dunia 2006.
Kemudian lagu Radio. Pernah mendengar S07 membuat lirik dan musik yang nge-dance? Di lagu ini, bisa mendapatkannya.

Sakti, personil yang memilih keluar, masih sempat menyumbangkan karyanya di lagu Cahaya Terang.
Lagu ini bertutur soal pengalaman batin Sakti setelah memutuskan untuk mendalami agama.

Jadi, kinilah saatnya Sheila on 7 memberi pembuktian, tudingan-tudingan yang mulai meremahkan itu salah.
Toh karya mereka sebenarnya sudah jadi bukti. Bagaimana?

Sumber: tembang.com

Tuesday, May 30, 2006

Ruth Sahanaya, Jiwaku

RUTH SAHANAYA, adalah insan yang penuh talenta.
Rentang prestasi yang diraihnya di berbagai forum nasional maupun internasional, tak pelak lagi, menempatkannya pada posisi teratas.
Penyanyi yang akrab dengan panggilan Uthe ini pun ditempatkan dalam jajaran Diva musik Indonesia. Karirnya di industri musik tetap gemilang hingga kini.
Dari rentang karirnya, Uthe telah merilis 10 album yang total penjualannya tercatat lebih dari empat juta kopi.

Tepat di tanggal 8 Mei 2006, Uthe menyapa penggemarnya lewat album barunya bertajuk JIWAKU.

Album yang mengeksplorasi oleh vokal Uthe secara maksimal ini masih setia di jalur pop.
Ada 10 lagu yang dihadirkan dimana selain lagu – lagu baru, Uthe juga menyanyikan hit lama yang diaransemen kembali dengan segar yaitu Camar Yang Pulang dan Layu Sebelum Berkembang.
Adapun hit single yang dikedepankan adalah lagu bertajuk Jiwaku, karya Nico Adjibandi yang diaransemen oleh Irwan Simanjuntak. Selain 2 musisi diatas, Uthe juga menggamit sejumlah rekan musisi seperti Erwin Gutawa, Tohpati, Andi Rianto, dan banyak lagi.
Kehadiran Uthe, Sang Diva, diharapkan menjadi pengobat rindu penggemarnya yang sudah lama menantikan album barunya.

web resmi: www.ruthsahanaya.com


Monday, May 01, 2006

Kahitna, Soulmate

~ Saat tampil bersama Letto & Tompi ~

GENAP 20 tahun sudah eksistensi grup Kahitna di blantika musik Indonesia.
Grup asal Bandung ini bisa menjadi ikon band yang konsisten dalam menawarkan karakter lagu nan khas.
Dan, hal tersebut makin dikukuhkan lewat album terbarunya atau yang keenam bertajuk Soulmate (produksi Musica Studio's) yang diluncurkan awal Maret 2006 lalu.

Band yang digawangi Yovie Widianto (piano/keyboard), Bambang Purwono (keyboard.sound programming), Andrie Bayuadjie (gitar), Budiana Nugraha (drum), Dody Is (bas), Harry SW (perkusi), Hedi Yunus (vokal), Carlo Saba (vokal) dan tambahan vokalis baru, Mario Ginanjar ini menawarkan aneka tembang bertabur kata cinta sederhana dan bermelodi manis dengan aksen "piano song" nan kental.

Ciri itu telah ditunjukkan Kahitna dalam enam album yang dihasilkan, sebut saja Cerita Cinta (1994), Cantik (1996), Sampai Nanti (1998), Permaisuriku (2000), Cinta Sudah Lewat (2003) dan Soulmate (2006).
Tahun 2002, Kahitna sempat menelurkan album The Best of Kahitna.

Menurut Yovie, sang pentolan Kahitna sekaligus pencipta hampir semua tembang-tembang Kahitna mengakui, menjaga ciri khas warna Kahitna menjadi usaha keras grup band-nya dalam membelai telinga penggemar.
Dengan jati diri yang bertahan itu, bukan berarti Kahitna stag dan tak bisa berkembang.

Kalaupun ada, pengembangan lebih proses pada kreatifitas lagu, seperti sebatas penggarapan aransemen lagu.
Selebihnya, Kahitna nyaman dengan ciri sebagai band pop bersentuhan kemasan piano nan manis.
Dalam lirikpun Kahitna atau tepatnya Yovie menancapkan jati diri dengan lirik cinta sederhana tanpa ciri puitis namun tetap terasa orisinil.

Sementara itu, album Soulmate ini dipersembahkan untuk para lelaki yang mencintai wanitanya dan para wanita yang telah membuat indah dunia.
Lihat saja dalam tembang Aku, Dirimu, Dirinya dan Cinta Sendiri.
Sedangkan yang bertempo medium dengan irama riang seperti Kau Ubah Hariku, Mengapa Terlambat dan Merasa Tak Dicinta.
Bahkan, Kahitna menelurkan kembali lagu lama dengan aransemen baru nan ciamik yaitu tembang Katakan.

Petikan lagu "Soulmate":
ketika engkau datang,
mengapa di saat kutak mungkin menggapaimu
meskipun tlah kau semaikan cinta

dibalik senyuman indahkau jadikan seakan nyata
seolah kau belahan jiwa
**
meskipun tak mungkin lagi

tuk menjadi pasanganku
namun ku yakini cintakau kekasih hati
terkadang pintu surga sukar dimengerti

semua ini kita terlambat


Monday, April 10, 2006

ADA Band, Romantic Rhapsody

SUKSES dengan album Heaven of Love yang menembus angka 800 ribuan, ADA Band seperti tak mau kehilangan moment. Memposisikan diri sebagai band pengusung lagu-lagu romantis, Dika [bas], Marshal [gitar], Khrisna [kibor], dan Donny [vokal], kembali merilis album dengan karakter dan tema sejenis di album barunya.

April 2006 ini, ADA Band merilis album yang diberi titel ROMANTIC RHAPSODY.
Nyaris tidak ada yang berbeda dengan album sebelumnya, karena semuanya bicara cinta dan romantisme.

Untuk single jagoan, mereka menyiapkan dua lagu yang berjudul Karena Wanita [Ingin Dimengerti] dan Haruskah Kumati.
Dua lagu tersebut bakal langsung dibuat video klipnya.
Dari lagu-lagu yang diputar, menurut Khrisna yang diiyakan oleh Dika dan Dony, sebenarnya masih punya benang merah yang erat dengan album pertama.
"Yang jelas, kini kita lebih merata membuat lirik," jelas Donny, vokalis yang makin matang karakter vokalnya.

Berikut lirik dari Karena Wanita (Ingin Dimengerti):

lekuk indah hadirkan pesona
kemuliaan bagi yang memandang
setiamu simbol keanggunan
khas perawan yang kau miliki

aku lah pengagum ragamu
tak ingin ku menyakitimu
lindungi dari sengat dunia yang mengancam
nodai sucinya lahirmu

karena wanita ingin di mengerti
lewat tutur lembut dan laku agung
karena wanita ingin di mengerti
manjakan dia dengan kasih sayang

inginku ajak engkau menari
mandi hangat cahaya bulan
sebagai tanda kebahagiaan
bagi semesta cinta kita

bintang terang itulah dirimu
janganlah redup dan mati
aku dibelakangmu memeluk
dan menjagamu


(Sumber: tembang.com)

Saturday, April 08, 2006

GIGI, Next Chapter: Album Ke 9 di usia ke 12

22 Maret 2006 GIGI tepat memasuki angka 12 tahun.
Sebuah perjalanan yang panjang bagi sebuah band yang pernah mengalami pasang surut di Industri musik.
Bagaimana mereka mulai tumbuh, menjadi besar, mengalami konflik internal yang berujung pada pergantian personil, mengalami masa-masa saat menjadi rock star, hingga matang dalam kedewasaan.

Tepat di usia 12 tahun, mereka merilis album baru sebagai bingkisan khusus untuk para GIGIKITA (sebutan buat para penggemar GIGI). Album bertajuk NEXT CHAPTER, mengemas 11 tembang yang dibesut dalam konsep musik yang easy listening dalam bangun harmoni minimalis.
Suatu kejutan bagi para penikmat musik GIGI manakala mereka biasanya mendapati musik GIGI yang kental dengan eksplorasi sound rock kini ditampilkan lebih rileks dan seperti ajakan ‘ayo kita menikmati musik tanpa harus berpikir.’

Apakah GIGI memang berniat meninggalkan pakem musik yang selama ini teguh mereka pegang?

Baik Armand Maulana (vocal), Dewa Budjana (gitar), Thomas Ramdhan (bass), dan Gusti Hendy (drum), sepakat mengakui memang album terbaru ini lain daripada album-album sebelumnya.
Menurut mereka proses pembuatan materi album ini benar-benar dikerjakan dalam suasana yang santai dan rentang waktu yang cukup panjang.
Mulai digarap sebelum dirilisnya album Raihlah Kemenangan Repackage, kemudian sempat break karena tur ke Amerika, hingga digarap secara intens pada sebulan terakhir sebelum dirilis.

Suasana yang santai berpengaruh pada proses kreatifnya, sehingga tak ayal membuahkan karya yang terkesan lebih rileks.
“Kita tidak mematok lagu ini musti begini atau begitu, tapi begitu diolah di studio hasilnya memang punya rasa yang sama yaitu mood yang santai, “jelas Budjana.
Thomas juga sependapat. Menurut pembetot bass ini beberapa lagu dasar memang upbeat dan nge-rock, tetapi begitu digarap lagi, ujung-ujungnya beatnya medium.

Apapun hasilnya, yang pasti album ini adalah murni pe nc apaian GIGI saat ini yang apa adanya. Walaupun album ini kesannya santai, proses penggarapannya tetap sesuai prosedur GIGI. Hasilnya, baik sound maupun aransemen tetap terjaga kerapihannya.
Bahkan keselarasan rhythm section-nya pun lebih mantap di album ini.
Menurut Thomas, baik dirinya maupun Hendy sebagai pemegang rhythm sangat komunikatif. Proses ‘pacaran’ yang dimulai sejak masuknya Hendy di album OST. Brownies telah sampai pada tahap mengerti satu sama lain.
Hasilnya, saat penggarapan album pun relatif mudah dan ‘hidup.’

DARI TEMA CINTA HINGGA SOSIAL
Tema cinta tetap kental di album ini, yang diungkapkan secara lugas dan apa adanya.
Misalnya dalam lagu Kepastian Yang Kutunggu, yang menjadi hit unggulan, bertutur tentang kegundahan seseorang yang sedang menunggu kepastian cinta.
Selain itu adalah tema sosial, yaitu kepedulian GIGI akan nasib bangsa yang diungkapkan dalam dua lagu yaitu Indonesia dan Satu.

MAKNA 12 TAHUN
Bagi GIGI memaknai angka 12 tahun tidaklah muluk.
Bagi mereka masih bisa tetap bermain musik, tetap dalam satu visi dan energi yang sama, adalah pencapaian yang luar biasa.

Friday, April 07, 2006

All About Letto

Awalnya agak heran mendengar lagu beda dari band aneh dari Jogja.
Ternyata Letto namanya. asyik dan meng-indonesia, khas paguyuban...
Tambah heran setelah membaca Kompas Minggu (19/03) yang mengulas tentang band ini, ternyata e, ternyata, vokalisnya Noy, anak kandung dari salah satu orang yang hangat di benak, Cak Nun. (baru ngeh mengapa lirik mereka begitu filosofis dan "kuat". hehehe).

Balik ke Letto. Saya merasa ada keanehan dalam musik dan liriknya.
Lagunya begitu religi namun saya yakin dapat diterima generasi emtivi.
Pasti. Fenomena yang belum lama ini ditebar Opick dengan Tombo Ati-nya.

intermezo:
Tombo Ati sering dibawakan Kyai Kanjeng (Emha Ainun Najib) dalam pementasannya.
Kidung ini merupakan ciptaan salah satu wali Songo dan digubah secara luar biasa oleh Cak Nun.
lanjut...
Melihat Letto, seakan melihat (musik) Indonesia dalam bentuk lain.
Cinta yang tidak mendayu. Semangat hidup yang tidak cengengesan.
Mereka memberi simbolisasi lewat kata cry: tangisan.
Sedih banget, kita menangis; Bahagia sekali, kita juga menangis.
Cak Nun banget!
Dan saya rasa, Letto membawa warna dan aroma (: semangat) baru dalam musik Indonesia. Letto asyik. (btw, menurut personilnya, nama letto sendiri tanpa arti).
Sukses Tole.

Buat yang mau lirik or atikel lainnya tenntang Letto dapat diliat di sini kok:
www.the-letto.blogspot.com




Tuesday, April 04, 2006

Rayuan Cinta Iwan Fals

Sosok Iwan Fals bagi sebagian pecinta musik Indonesia adalah seorang pahlawan.
Karya dan lagu-lagunya seperti Bento, Bongkar, Pesawat Tempur, Oemar Bakri dan masih banyak lagi telah menjadi inspirasi, dan semangat dalam memperjuangkan kebebasan, melawan penindasan dan ketidak adilan.
Dia bahkan dianggap mewakili suara rakyat.

Tapi jangan lupa di sisi lain karya-karya Iwan juga merupakan sumber inspirasi bagi mereka yang ingin menumpahkan perasaan cinta dan kasih sayang.
Terhadap kekasih, Tuhan maupun sesama manusia.
Lagu Kemesraan, Mata Dewa, Maafkan dan Kumenanti Seorang Kekasih, merupakan lagu cinta miliknya yang selalu abadi.

Kali ini Iwan Fals kembali menebar rayuan cinta lewat album Iwan Fals in Love.
Album ini berisikan 2 (dua) buah tembang cinta teranyar dari musisi bernama asli Virgiawan Listanto itu.
Single pertama dari album ini merupakan lagu baru berjudul Ijinkan Aku Menyayangimu ciptaan Rieka Ratika Roslan.
Hal yang menarik pada lagu dengan warna balada ini, Iwan menyanyikan lirik merayu dari pria yang gentlemen.

Simak potongan liriknya :
izinkan aku membuktikan inilah kesungguhan rasa/izinkan aku menyayangi mu.
Sayangku dengarkanlah isi hatiku…

Sebuah pernyataan yang lugas, jujur namun tetap laki-laki.
Konsep semacam ini dulu pernah disampaikan Iwan lewat lagu Jangan Tutup Dirimu, dan Antara Aku, Kau dan Bekas Pacarmu yang juga dihadirkan kembali dalam album ini.

Selain lagu Ijinkan Aku Menyayangimu, Iwan juga membawakan kembali lagu karya Titiek Puspa, Selamat Tidur Sayang dan lagu Rinduku ciptaan Harry Roesli.
"Naluri bekerja sama dengan orang lain sudah ada sejak dulu. Kini itu dikembangkan lagi," ungkap pria kelahiran Jakarta, 3 September 1961.

Pada masa lalu, Iwan pernah bekerja sama dengan Ian Antono melahirkan album 1910 dan Mata Dewa.
Selanjutnya bersama Franky Sahilatua dengan Orang Pinggiran dan Terminal, dengan Sawung Jabo dan kelompok Swami melahirkan Anak Wayang, Swami I dan Swami II .
Sedangkan dengan Setiawan Djodi ada Kantata Takwa dan Kantata Samsara.
Di masa kini dia juga pernah bekerja sama mulai dari Kikan Cokelat, Azis "Jamrud", Eros "Sheila On 7", Pongky "Jikustik" hingga Piyu "Padi".

Dalam album ini, Iwan juga menghadirkan sejumlah tembang cinta lawas seperti Buku Ini Aku Pinjam, Sebelum Kau Bosan, dan Yang Terlupakan.

Penyatuan lagu-lagu cinta lama Iwan dengan yang baru itu menurut Anasthasia Sadrach yang bertindak sebagai Produser, adalah untuk mendekatkan Iwan dengan generasi masa kini.

Kini dia kembali memilih tema cinta.

Karena Iwan merasa bahwa dirinya kembali belajar arti cinta.
"Sekarang masih urgent bagi saya bicara cinta. Hal itu berkaitan dengan persoalan sosial. Saya kira banyaknya persoalan dunia sekarang ini karena tidak ada lagi cinta yang serius di antara kita. Atau kita menggangap cinta itu sebagai hiburan semata," ucapnya.

Kesadaran baru bahwa perasaan cinta tetap menjadi kebutuhan banyak orang di sepanjang zaman membuat Iwan layak menyandang Pahlawan Musik Indonesia.


(sumber: musica studio's)

Saturday, March 25, 2006

Balawan, The Trully Magic Fingers

Mendengarkan keseluruhan album Magic Fingers-nya I Wayan Balawan atau yang akrab disapa Balawan, memang membutuhkan taste musik tersendiri.
Terbukti kalau jari jemari Balawan sepertinya memang memberikan magis tersendiri dan membuat para penikmatnya terhipnotis dengan petikan gitarnya.

Balawan adalah seorang gitaris yang sangat berbakat dengan gaya permainan yang sangat khas, yang dikenal dengan teknik "Touch Tapping Style" (seperti halnya Stanley Jordan). Sebuah permainan yang memanfaatkan ke-delapan jari untuk memainkan tap pada fretboard. Sekilas permainan ini kelihatan seperti permainan piano: permainan bass, chord dan melody, semuanya dimainkan dengan jari kiri dan jari kanan... nyaris tanpa dipetik.
Permainan Balawan terkesan sangat halus dan licin.
Uniknya Balawan mendevelop sendiri tap independent di mana permainan jari kiri dan kanan bener-bener tidak ada hubungannya (berbeda sama sekali).

Sebagai orang awam, beliau berujar kalau album ini termasuk susah diterima di telinganya, yang notabene sama sekali tidak punya background musik.
Untungnya, di album ketiganya kali ini Balawan masih sudi merecycle Semua Bisa Bilang-nya Charles Hutagalung atau Arti Kehidupan-nya Mus Mujiono dan lagu Sesaat Kau Hadir-nya Utha Likumahua.
Setidaknya ketiga lagu inilah yang mungkin bisa masuk di telinga penikmat musik awam.

Lagu ciptaan Balawan, dengan lirik bahasa Inggris, berjudul Like A Bird, memiliki energi luar biasa.
Terutama bukan saja dari petikan gitarnya yang maha dahsyat, tapi kualitas vokal Balawan di lagu ini sangat terasa.
Bisa dibilang, lagu ini bisa meneduhkan, apalagi vokal Balawan yang khas, mungkin sedikit bisa membuat kita terkesima mendengarnya.

Gitaris lulusan Australian Institute of Music dan satu-satunya gitaris 8 finger tap independent di Indonesia ini sepertinya punya keahlian meramu musik tradisional asli Bali dengan sentuhan petikan gitar yang juga dicampur dengan influence musik seperti R n B.
Well, seperti sebuah ramuan anggur yang sangat khas, lagu-lagu di album Balawan kali ini seperti ingin menunjukkan identitas seorang Balawan.

Balawan seperti layaknya seorang dewa, dewa gitar tepatnya.
Tak banyak yang bisa mengatakan lagu-lagu Balawan sangat catchy di telinga.
Namun, jika Anda jeli menangkap emosi yang tertuang di setiap harmonisasi nadanya, mungkin dapat dibilang kalau Balawan layak disebut seorang maestro.

Last, di cover albumnya yang menggambarkan sebuah newspaper, terbuka sebuah cerita, kalau ternyata Balawan hobi sekali menghancurkan gitarnya usai memainkan harmonisasi dasyat...? What for??? Just guess that!

Official Site: www.wayanbalawan.com

Thursday, March 23, 2006

Letto, Berani Membuat Arti

Apalah arti sebuah nama ?
Falsafah itu sepertinya yang dianut Letto, grup musik asal Yogyakarta.
Nama tersebut tidak ada hubungan dengan Leto, istri Zeus dan ibu dari Apolo dan Artemis dalam mitologi Yunani.
Bagi Noe (vokal, kibor), Patub (gitar), Arian (bas), dan Dedi (dram,perkusi), nama itu Merely an identity, untuk identitas semata.
Hal yang terpenting adalah bagaimana mereka memberi sesuatu yang berarti di blantika musik Tanah Air.
Arti itu yang coba disampaikan lewat album debut Truth, Cry and Lie.

Bukan sekadar "trend" dan gaya berbahasa Inggris jika separuh dari isi album ini memang hadir dalam bahasa internasional itu.
"Ini adalah proses kreativitas yang mengalir jujur," ungkap mereka.
Bahkan dalam musik mereka terselip khasanah etnik yang menghadirkan corak slendro dan pelog dalam permainan instrumen band modern.
Hasilnya adalah sebuah karakter musik yang "asli" beda, namun tetap asyik untuk dinikmati.

Simak saja lagu Sampai Nanti, Sampai Mati yang menjadi single pertama di album ini. Lagu itu bertutur tentang sikap optimis menghadapi hidup.
Lirik : kalau kau pernah taku mati/sama./ kalau kau pernah patah hati/ aku juga iya/Tetap semangat/dan teguhkna hati di setiap hari/sampai nanti/sampai mati…

Unik khan! Liriknya memang sarat dengan pesan positif, tapi bukan khotbah.
Sebab gaya penyampaiannya tetap dalam tutur puitis.
Tidak saja bicara tentang hidup, tapi juga cinta, patah hati, persahabatan bahkan tentang Tuhan.
Seperti juga lagu Sandaran Hati yang liriknya jika disimak lebih jauh tidak saja berbicara tentang seorang kekasih, tapi juga sahabat bahkan Yang Maha Kuasa.
Demikian juga dengan lagu I’ll Find Away yang percaya selalu ada jalan untuk mengapai angan.
Dan simak juga yang lain seperti U & I, Insensitive, dan No One Talk About Love. Seluruh lirik Letto terkesan gentlement dan dalam banget.

Lirik puitis tersebut, termasuk yang berbahasa Inggris seluruhnya ditangani oleh Noe salah seorang anak dari budayawan Emha Ainun Najib.
Menurut dia, itu mengalir secara spontan dan alami. "Kami ini anak desa, tidak pernah berpikir yang muluk-muluk. Semua mengalir sesuai dengan kata bathin," ucapnya.

Dia mengakui sebagian besar terinspirasi dari pengalaman pribadi.
Untuk aransemen musik dikerjakan mereka bersama-sama.
Tak heran jika masing-masing memberi pengaruh dalam setiap lagu.
Alhasil akan terasa sedikit ramuan dari rock ala Led Zeppelin, J-rock ala Kitaro, punk rock, bahkan psikadelik.
Ramuan unik itu setelah berpadu terasa begitu easy listening.
Artinya, musiknya enak di kuping, nyaman di hati, namun juga bukan asal bunyi.
Alhasil, kuping anda akan terbuai dalam nada-nada penuh rasa yang dalam.
Hal itu didukung oleh karakter vokal Noe yang melankolis namun tidak cengeng.

Konsep "beda" ini yang membuat Musica Studio's tertarik.
Awalnya Letto diperkenalkan dalam album kompilasi Pilih 2004 lewat single I’ll Find A Way.

Letto berawal dari sekumpulan pemuda yang pernah sama-sama duduk di bangku salah satu SMA di kota Yogyakarta.
Saat itu, aku mereka, tidak pernah terbayangkan kalau suatu saat nanti akan cari modal kawin dari menjual lagu.
Maklum mereka memilih bercengkrama dalam sebuah kelompok teater dengan pertimbangan bahwa belajar teater jauh lebih murah dibandingkan dugem atau narkoba.
Proses berteater ini kemudian memberi pengaruh dalam karya musik mereka kini.

Uniknya tumbuh di lingkungan gamelan tapi dengan idola Queen, Yanni atau LedZeppelin membuat masalah.
Terutama bagaimana memainkan Bohemian Rhapsody dengan slendro atau pelog. Pandangan bahwa semua adalah hasil proses kreativitas membuat akhirnya lahirlah "musik puisi".
"Banyak ekpresi yang terlihat ketika kami mementaskan hasilnya. Dari yang tersenyum menghargai sampai yang melotot dengan muka pucat. Tapi whatever lah, that's not the point. Yang penting kami sudah berkarya dan tidak membuang-buang waktu untuk hal-hal yang nggak berguna," kata Aldi yang merupakan behind the scene dudez Letto bersama Bedjat-Miko.
Mereka juga beruntung, bahwa karya itu juga didengar oleh Noey "Java Jive", produser bertangan dingin yang telah melahirkan sejumlah grup besar termasuk Peterpan.

Sebagai karya pertama mereka tidak ingin bermuluk-muluk. "Kami tidak berani menklaim bahwa apa yang kami berikan sebagai sesuatu yang beda dan baru di banding yang lain. Ini hanya karya seorang mahluk ciptaan Tuhan yang coba memberi sesuatu ke dalam wacana musik Tanah Air," ungkap mereka.

Apakah ini sebuah janji ? Buktikan saja dengan mendengarkan Letto dalam lewat Truth, Cry and Lie.

(sumber: Musica Studio's)

Tuesday, March 21, 2006

Bass Heroes-13 Bassist Jawara

Barangkali ini adalah yang pertama di dunia.
Sebuah ensemble pemain bass dengan jumlah 'tidak main-main', 13 orang! Dan ditambah lagi, ke semua pemain bass yang terlibat, juga adalah nama yang 'tidak main-main'.
Inilah sebuah proyek musik langka yang boleh dibilang sangat kompleks permasalahannya, tapi toh akhirnya dapat terwujud juga adanya.

Bass Heroes, bergulir sebagai konsep atas gagasan Thomas Ramdhan, bassist nan enerjik dari kelompok musik GIGI.

Gagasan ini kian berkembang setelah Thomas bertemu lagi dengan sahabat lamanya, Bongky Ismail, bassist kelompok bip itu.
Memang menjadi menarik untuk mengikuti, menyimak dan sekaligus melihat, bahwasanya pemain bass yang biasanya berada di garis belakang, sekarang ditarik ke garis depan.
Biasanya lebih pada posisi 'bertahan', bahu membahu dengan drums, kini justru memimpin di barisan depan.
Apa jadinya ya? Mana lagi, ada 13 pemain bass yang bermain bareng! Siapkah telinga kita 'digempur' kumpulan penghasil 'nada-nada rendah'?

Maka kedua kawan karib sejak lama itu, Thomas dan Bongky, akhirnya melangkah lebih jauh. Mereka kerja bareng menjadi produser rekaman unik dan berbeda ini.

Tidak mudah mengajak ataupun mengumpulkan rekan-rekan sesama bassist uniuk dapat terlibat dalam proyek rekaman ini.
Lumayan kompleks persoalan dalam mewujudkan mimpi ini.
Paling tidak, yaing mendasar adalah menyiasati jadual berkumpul di sela-sela kesibukan semua bassist dalam grupnya masing-masing.

Alhasil 'terjaringlah' 11 pemain bass lain, yang bersedia dan memiliki cukup waktu untuk bersama-sama menuntaskan konsep rekaman ensemble bass ini. Dan ke 13 nama tersebut juga menyodorkan permainannya masing-masing pada setiap lagu karya mereka.

Bass Heroes, sebagai album rekaman yang diambil SONYBMG Music yang lantas bertindak sebagai executive producer, menempatkan dua buah lagu yang mengetengahkan permainan ke 13 pemain bass sekaligus.

Kedua lagu menjadi pembuka dan penutup album ini.
Rame-Rame karya almarhum Christ Kayhatu dan George Leiwakabessy, dijadikan sebagai nomer pembuka.
Lagu riang yang jazzy, dan popular di era 80an ini, tetap tidak menyusut keriangannya dari tangan aranjer Bongky.
Tapi jelas, keriangan yang dihasilkan memang menjadi berbeda.
Ke 13 pemain bass dengan karakter dan sound bassnya masing-masing saling 'berdialog' dan mengisi penuh sepanjang lagu.

Begitupun halnya dengan Cucak Rowo, yang dijadikan lagu penutup.

Lagu yang dipopulerkan Didi Kempot ini memang tetap menggoyang dan menghentak, walau terasa betul ketebalan ekstra bunyian nada rendah yang mendominasi.
Tapi sama sekali tidak mengganggu, untuk mengajak 'bergoyang' pendengarnya.

Dan pada lagu-lagu lain, bass pun muncul ke depan dengan pelbagai bentuk karakter yang berbeda.

Bisa terasa 'galak' dengan 'menyalak' nyaring terutama lewat Iwan Xaverius dengan karyanya bertajuk, IXS II ataupun pada penampilan satu-satunya bassist cewek, sekaligus yang termuda, Nissa Hamzah yang dikenal sebagai bassist grup muda Omelette, pada karyanya berjudul Rush. Kedua bassist tersebut di atas, didukung pula oleh musisi lain sebagai gitaris dan drummer. Namun bass tetap menjadi leader yang mendominasi.

Seperti juga halnya pada Regge Kasmaran yang terasa mengajak bersantai, karya Bongky, dimana Bongky didukung Kun Kun (drum, keyboard & percussion)
serta Ujie (gitar).

Sementara Thomas Ramdhan, menyembulkan kesan
ayo bergoyang lebih seru lewat Alone yang memiliki nuansa techno.

Ada juga kesan menghanyutkan lewat permainan Bintang Indrianto, bassist yang belakangan aktif pula sebagai produser album-album jazz, dengan lagu Kupuja.
Bintang berduet dengan istrinya sendiri yang memang penyanyi, Netta.
Ia memainkan dua bass, fretless sebagai melody dan fretted sebagai rhythm, dengan didukung pula dua gitaris, Denny Chasmala dan Dewa Budjana.

Ada pula kesan ' bergoyang sambil terhanyut' lewat Bondan Prakoso, dalam Psychedelic Sub Rhythm, dimana bassnya diajaknya ikut bemyanyi.

Lewat Summer Sky, bassist Arie Firman yang merupakan mantan personil the Groove, menampilkan kesan genit dan cantik.
Sedangkan Rindra yang dikenal sebagai bassist grup musik PADI tampil menyodorkan kesan indah lewat My Friend's Song, dimana hadir tiupan saksofon oleh Marion.
Begitupun halnya dengan Indro Hardjodikoro, salah satu session player terlaris dengan Titik Awal, yang melibatkan tiupan trumpet dari Rio Sally selain bunyian solo piano oleh Aga.

Sementara bassist lain, seolah keluar dari wama dasar kelompok musiknya masing-masing, semisal Adam yang dikenal sebagai bassist Sheila on 7, menyodorkan 1..2..3..Go! yang didukung drummer grupnya juga, Bryan.

Ronny dari grup musik Cokelat juga sedikit berbeda, dengan Basskuhepi, yang didukung pula oleh drummer grupnya, Ervin.
Kemudian bassist muda, yang adalah putra musisi jazz kawakan Benny Likumahuwa, Barry Likumahuwa menyodorkan lagu bertema riang yang didukung rapper, Ivan Saba.
Dalam lagu Mi Angelita. Barry juga didukung drummer muda Rayendra Soenito.
Sementara itu Arya Setyadi, yang lebih dikenal sebagai instruktur sekaligus rajin melakukan bass clinic, bermain so!o mendepankan permainan bassnya yang acapkali diselipkan tehnik tapping, lewat komposisi She's Mine.

Materi para pemain bass, dengan segenap karya lagunya, sungguh membuat album rekaman ini menjadi tambah menarik.

Tak melulu sekadar konsep dasar yang memang unik dan berbeda karena mengedepan instrumen bass, tapi juga dengan hasil pelbagai corak musik yang disodorkan.
Bungkusannya menjadi penuh bunyian, yang menggabungkan beragam unsur musik baik itu pop, jazz/fusion, rock, techno hingga hiphop ataupun R n B.

Dan proyek musik inipun lantas menjadi kian menarik urntuk diikuti, kali ini tak cuma untuk disimak tapi sekaligus dilihat, karena Bass Heroes temyata tak berhenti hanya pada album rekaman namun berlanjut ke konser.

Adalah POS Entertainment, yang sukses dengan sajian Konser Trisum pada akhir Desember
lalu, yang berniat memanggungkan konsep pasukan bass ini secara lengkap, di Graha Bhakti Budaya- Taman Ismail Marzuki, pada Selasa, 28 Februari 2006.

Kali ini POS Entertainment didukung penuh oleh Djarum Super dan juga SONYBMG Music.

TERCATAT DALAM MURI
Bass Heroes memang sebuah sejarah musik yang unik dan langka.

Sehingga bahkan pihak Museum Rekor Indonesia pun mencatatnya sebagai sebuah rekor baru, dengan ditandai penyerahan sertifikat pada konser Bass Heroes di TIM tsb.
Maka inilah sebuah tantangan baru, mengukur kesanggupan telinga kita menerima serbuan dominasi nada-nada rendah, tak hanya di rekaman tapi bahkan juga di atas pentas.
Bersiaplah, pasukan Bass Heroes dipimpin Thomas Ramdhan dan Bongky Ismail, memang 'tidak main-main' dan sangat siap menggempur kuping para penikmat musik tanah air!

(Sumber: Sony BMG)

Sunday, March 12, 2006

The Best Of Cokelat

Ini adalah sebuah refleksi dari band yang telah 10 tahun berkarya dan masih terus berkarya di musik Indonesia. Band yang telah menjadi tolak ukur untuk band – band pendatang baru dengan vokalis cewek.
Sebuah band yang punya personil Kikan ( vokalis ), Ronny ( bassis ), Edwin ( melodi ), Ervin ( drummer ), dan Ernest ( rhythm ).
Cokelat di tahun 2006 ini merilis album baru yang bertajuk The Best Of COKELAT “ Tak Pernah Padam “ bercerita tentang pengalaman seru, persahabatan dan ambisinya.

Kenapa Cokelat lebih memilih merilis album the best daripada bikin full album?
Bagi Cokelat sendiri, album the best yang berisikan lagu – lagu terbaik Cokelat yang merefleksikan perjalanan Cokelat dari tahun 1996 hingga Cokelat ada seperti sekarang ini, merupakan sebuah bingkisan untuk para Bintang Cokelat yang sudah setia menemani mereka yang sudah 10 tahun berkarya.
Dan kalau ada anggapan sebuah band yang merilis album the best itu bakalan bubar atau lagi buntu ide, bagi Cokelat itu terlalu berlebihan.
Karena Cokelat tidak akan bubar dan tidak lagi buntu ide, justru saat pembuatan album the best ini Cokelat lagi semangat – semangatnya.
Makanya kenapa album the best mereka diberi judul “Tak Pernah Padam”, maksudnya adalah semangat Cokelat untuk tetap eksis menghibur hati Bintang Cokelat, akan terus ada, sampai kapanpun.

Album the best ini tentunya berisikan lagu – lagu dari 4 album Cokelat sebelumnya, Untuk Bintang ( 2000 ), Rasa Baru ( 2001 ), Segitiga ( 2003 ), dan Dari Hati ( 2004 ), plus ditambah 3 lagu baru yang dijadikan sebagai soundtrack film Indonesia Ekspedisi Madewa, yaitu ‘Tak Pernah Padam’, ‘Nyanyian Sahabat’, Terlalu Indah’, dan khusus ‘Terlalu Indah” di buat dalam 2 versi, band dan akustik piano yang diisi oleh Indra Q, karena Cokelat ingin karakter lagunya kental akan ambience soul-rock.

Tentang cover album yang bagian depannya bergambarkan hard-case gitar milik Cokelat dengan warna dominan merah darah dipilih karena hard-case tersebut sudah menemani Cokelat selama 10 tahun berkarir dan menjadi saksi perjalanan Cokelat yang penuh semangat. Kalau Bintang Cokelat membuka hard-case tersebut, Bintang Cokelat akan menemukan lagu – lagu terbaik yang pernah Cokelat buat.

Dengan memasuki usia satu decade, Cokelat ingin terus berkarya di musik.
Album – albumnya dapat selalu diterima oleh pecinta musik Indonesia.
Dan juga, semoga lagu – lagu Cokelat bisa terus menjadi inspirasi buat Bintang Cokelat yang mendengarkan. K
husus untuk album “The Best Of Cokelat – Tak Pernah Padam” ini, Cokelat berharap semoga Bintang Cokelat yang mendengarkan album tersebut semangatnya juga tak pernah padam.

PEACE, LOVE AND ROCK ‘N ROLL !!

(Sumber : sonybmg music entertainment Indonesia)

Album Dewa19 - Republik Cinta

.....Laskar Cinta//sebarkanlah benih-benih cinta//musnahkanlah virus-virus benci......

Apa yang kita rasakan dengan sepenggal lirik di atas? Emosi lantaran si penulis lirik sepertinya sok tahu tentang makna cinta, atau justru menjadi tersenyum lantaran lirik itu seperti "sindiran" atas estetika cinta yang makin luntur [di negeri ini?]

Banyak yang mengatakan, Dhani Ahmad si penulis lirik terpengaruh oleh bacaan-bacaan sufistik yang bertebaran di rumahnya.
Permenungan pria yang pernah bersitegang dengan salah satu organisasi yang mengatasnamakan agama, setahun silam, ternyata menghasilkan sebuah lirik yang cukup kuat tentang cinta.

Bagi seorang sufi, prosesi pertama yang harus dilakukan adalah pemurnian.
Pemurnian dan pencucian merupakan kebutuhan pokok, terutama pada akal.
Semua ketidakmurnian menyebabkan penyakit sebagaimana ketidakaturan dalam kerja sistem fisik. Hal ini sama berlaku pada akal.
Ada ketidakmurnian-ketidakmurnian akal yang menimbulkan penyakit-penyakit yang berbeda-beda. Dengan mencuci akal, orang membantu menciptakan kesehatan baik pada tubuh maupun pada akal.

Tentu tak semuanya bermuara pada sufistik seperti itu.
Karena album REPUBLIK CINTA tetap saja berputar pada lingkaran komersialisme.
Pada album yang terdiri dari 11 lagu ini, mereka kembali menambahkan angka 19 di belakang nama DEWA. Nama yang sempat dipakai pada awal karir band yang identik dengan vokal Ari Lasso.

Album Republik Cinta ini dijadikan Dewa19 sebagai ajang Go-Internasional atau mungkin lebih tepat Go-Asia.
Untuk lebih mendukung obesesinya, Dewa19 akhirnya lepas dari Aquarius Musikondo, label yang selama ini menjadi tempat bernaung Dewa19 dalam memproduksi album-albumnya dan bergabung dengan EMI Music Internasional yang berkedudukan di Hongkong dengan kontrak selama 3 album yang rencananya akan dipasarkan di kawasan Asia.

Dalam album ini, Dewa19 juga memperkenalkan logo baru yang dengan sebutan "Dewa19" yang seakan menegaskan kepada dunia bahwa nama Dewa 19 sudah mempunyai hak patent. Logo tersebut adalah logo lama yang di modifikasi ulang.

Album Republik Cinta terdapat 11 lagu dengan variasi musik yang berbeda-beda dan tergolong baru.

Laskar Cinta :
Lagu ini bernuansa musik timur tengah dengan lirik yang begitu lugas dan introspektif.
Sound yang aneh dengan sayatan gitar Andra dan didukung dengan loop dari Dhani menambah khasanah aransemen musik yang tergolong baru.
Liriknya juga mempunyai kekuatan yang mampu mendukung lagu ini menjadi hidup.

Emotional Love Song :
Saya masih ingat dengan musik pada lagu ini.
Lagu ini dulunya dibawakan oleh Anang pada album Tania dengan judul Kamu Sama Aku Saja dan diciptakan oleh Dhani.
Pada album ini lagu tersebut diubah judul dan liriknya dengan sedikit aransemen baru, tetapi masih saja tidak bisa dibedakan dengan lagu aslinya.

Larut :
Lagu ini memiliki interlude yang hampir sama dengan lagu Bukan Rahasia dan boleh dibilang hampir menyerupai.
Kekuatan lagu ini bisa dibilang terletak pada reffrain dengan noise back vocal yang digalang oleh Dhani sendiri.
Sekali lagi, melody Andra terbukti menambah keistimewaan pada tiap lagu-lagu Dewa.

Sedang Ingin Bercinta :
Lagu ini adalah satu-satunya lagu yang sungguh-sungguh aneh dibanding lagu-lagu Dewa yang pernah ada.
Dengan intro yang berkesan rap dan reffrain yang nge-rock banget ditambah dengan irama dangdut yang begitu kental dibawakan oleh Mulan Ratu sebagai back vocalnya.

Perasaanku Tentang Perasaanku Padamu :
Lagu ini (lagi-lagi) menampilkan suara Dhani pada bagian intro.
Penuh eksperimen dengan nuansa musik JADUL.

Lelaki Pencemburu :
Lagu ini juga bernuansa musik JADUL dengan sayatan gitar Andra yang mulai awal sampai akhir seakan menjadi benang merah.
Lirik lagu ini pada bagian reffrainnya "...AKU TAK KAN PEDULI .. SIAPA YANG BERANI .. MENDEKATI KAMU .. AKAN KUBUNUH.." mengingatkan kita dengan lagu Cemburu "...INGIN KUBUNUH PACARMU ... SAAT DIA PELUK TUBUH INDAHMU...".

Lover Rhapsody :
Lirik dalam lagu ini tergolong datar karena hanya berisi unsur pemujaan terhadap seseorang yang dicintai.
Nuansa orkestranya begitu kental dan menyatu dengan karakter vocal Once dan berakhir dengan sebuah kengototan yang diiringi permainan drum Tyo.

Selimut Hati :
Romantisme adalah kekuatan dalam lagu ciptaan Andra ini dan dukungan back vocal yang mengingatkan pada lagu Ahmad Band "Aku Cinta Kau dan Dia".
Lagu ini adalah lagu yang paling aku suka pada album ini, lagu yang seakan bernyawa dengan lirik yang membuat lagu ini semakin hidup.
"...Aku kan menjadi malam-malam mu. Kan menjadi mimpi -mimpi mu dan selimuti hatimu yang beku. Aku kan menjadi bintang-bintang mu Kan slalu menyinarimu Dan menghapus rasa rindumu yang pilu. AKU BISA UNTUK MENJADI APA YANG KAU MINTA. UNTUK MENJADI APA YANG KAU IMPIKAN. TAPI KU TAK BISA MENJADI DIRINYA. Aku kan menjadi embun pagimu yang menyejukkan jiwamu Dan membasuh hatimu yang layu.
Tinggalkan sejenak lalumu. Beri sdikit waktu kepadaku tuk meyakinkan mu..."
(decicated to someone pokoknya)

Flower in The Desert :
Salah satu lagu berbahasa Inggris dengan irama nge-beat dengan balutan nuansa rock n roll.

Live On :
Lagu ini juga berbahasa inggris, kurang begitu menggigit padahal dengan mendengarkan lagu ini mungkin kita bisa teringat dengan lagu-lagu Mr. Big.

I Want To Break Free :
Wajar jika Dhani memasukkan lagu ini kedalam album Republik Cinta ini karena memang musik Dewa 19 dari dulu banyak terinspirasi oleh musik Queen.
Aransemennya juag menarik dengan riff-riff gitar Andra yang mampu berkolaborasi dengan kekuatan vocal Once.

Nah, dengan modal keaneka ragaman warna musik yang terkesan baru apakah Dewa 19 mampu menuai sukses dalam obesinya Go-Internasional, atau paling tidak Go-Asia.
Kalau untuk urusan pasar dalam negeri sendiri sudah tidak diragukan lagi, Dewa 19 diprediksi akan kembali menuai sukses sperti pada album-album sebelumnya.
Karena untuk bisa Go-Internasional, mungkin totalitas yang mendukung adalah hijrah seperti yang dilakukan oleh Anggun.
Yah liat aja nanti.

(dari berbagai sumber)