Barangkali ini adalah yang pertama di dunia.
Sebuah ensemble pemain bass dengan jumlah 'tidak main-main', 13 orang! Dan ditambah lagi, ke semua pemain bass yang terlibat, juga adalah nama yang 'tidak main-main'.
Inilah sebuah proyek musik langka yang boleh dibilang sangat kompleks permasalahannya, tapi toh akhirnya dapat terwujud juga adanya.
Bass Heroes, bergulir sebagai konsep atas gagasan Thomas Ramdhan, bassist nan enerjik dari kelompok musik GIGI.
Gagasan ini kian berkembang setelah Thomas bertemu lagi dengan sahabat lamanya, Bongky Ismail, bassist kelompok bip itu.
Memang menjadi menarik untuk mengikuti, menyimak dan sekaligus melihat, bahwasanya pemain bass yang biasanya berada di garis belakang, sekarang ditarik ke garis depan.
Biasanya lebih pada posisi 'bertahan', bahu membahu dengan drums, kini justru memimpin di barisan depan.
Apa jadinya ya? Mana lagi, ada 13 pemain bass yang bermain bareng! Siapkah telinga kita 'digempur' kumpulan penghasil 'nada-nada rendah'?
Maka kedua kawan karib sejak lama itu, Thomas dan Bongky, akhirnya melangkah lebih jauh. Mereka kerja bareng menjadi produser rekaman unik dan berbeda ini.
Tidak mudah mengajak ataupun mengumpulkan rekan-rekan sesama bassist uniuk dapat terlibat dalam proyek rekaman ini.
Lumayan kompleks persoalan dalam mewujudkan mimpi ini.
Paling tidak, yaing mendasar adalah menyiasati jadual berkumpul di sela-sela kesibukan semua bassist dalam grupnya masing-masing.
Alhasil 'terjaringlah' 11 pemain bass lain, yang bersedia dan memiliki cukup waktu untuk bersama-sama menuntaskan konsep rekaman ensemble bass ini. Dan ke 13 nama tersebut juga menyodorkan permainannya masing-masing pada setiap lagu karya mereka.
Bass Heroes, sebagai album rekaman yang diambil SONYBMG Music yang lantas bertindak sebagai executive producer, menempatkan dua buah lagu yang mengetengahkan permainan ke 13 pemain bass sekaligus.
Kedua lagu menjadi pembuka dan penutup album ini.
Rame-Rame karya almarhum Christ Kayhatu dan George Leiwakabessy, dijadikan sebagai nomer pembuka.
Lagu riang yang jazzy, dan popular di era 80an ini, tetap tidak menyusut keriangannya dari tangan aranjer Bongky.
Tapi jelas, keriangan yang dihasilkan memang menjadi berbeda.
Ke 13 pemain bass dengan karakter dan sound bassnya masing-masing saling 'berdialog' dan mengisi penuh sepanjang lagu.
Begitupun halnya dengan Cucak Rowo, yang dijadikan lagu penutup.
Lagu yang dipopulerkan Didi Kempot ini memang tetap menggoyang dan menghentak, walau terasa betul ketebalan ekstra bunyian nada rendah yang mendominasi.
Tapi sama sekali tidak mengganggu, untuk mengajak 'bergoyang' pendengarnya.
Dan pada lagu-lagu lain, bass pun muncul ke depan dengan pelbagai bentuk karakter yang berbeda.
Bisa terasa 'galak' dengan 'menyalak' nyaring terutama lewat Iwan Xaverius dengan karyanya bertajuk, IXS II ataupun pada penampilan satu-satunya bassist cewek, sekaligus yang termuda, Nissa Hamzah yang dikenal sebagai bassist grup muda Omelette, pada karyanya berjudul Rush. Kedua bassist tersebut di atas, didukung pula oleh musisi lain sebagai gitaris dan drummer. Namun bass tetap menjadi leader yang mendominasi.
Seperti juga halnya pada Regge Kasmaran yang terasa mengajak bersantai, karya Bongky, dimana Bongky didukung Kun Kun (drum, keyboard & percussion)
serta Ujie (gitar).
Sementara Thomas Ramdhan, menyembulkan kesan
ayo bergoyang lebih seru lewat Alone yang memiliki nuansa techno.
Ada juga kesan menghanyutkan lewat permainan Bintang Indrianto, bassist yang belakangan aktif pula sebagai produser album-album jazz, dengan lagu Kupuja.
Bintang berduet dengan istrinya sendiri yang memang penyanyi, Netta.
Ia memainkan dua bass, fretless sebagai melody dan fretted sebagai rhythm, dengan didukung pula dua gitaris, Denny Chasmala dan Dewa Budjana.
Ada pula kesan ' bergoyang sambil terhanyut' lewat Bondan Prakoso, dalam Psychedelic Sub Rhythm, dimana bassnya diajaknya ikut bemyanyi.
Lewat Summer Sky, bassist Arie Firman yang merupakan mantan personil the Groove, menampilkan kesan genit dan cantik.
Sedangkan Rindra yang dikenal sebagai bassist grup musik PADI tampil menyodorkan kesan indah lewat My Friend's Song, dimana hadir tiupan saksofon oleh Marion.
Begitupun halnya dengan Indro Hardjodikoro, salah satu session player terlaris dengan Titik Awal, yang melibatkan tiupan trumpet dari Rio Sally selain bunyian solo piano oleh Aga.
Sementara bassist lain, seolah keluar dari wama dasar kelompok musiknya masing-masing, semisal Adam yang dikenal sebagai bassist Sheila on 7, menyodorkan 1..2..3..Go! yang didukung drummer grupnya juga, Bryan.
Ronny dari grup musik Cokelat juga sedikit berbeda, dengan Basskuhepi, yang didukung pula oleh drummer grupnya, Ervin.
Kemudian bassist muda, yang adalah putra musisi jazz kawakan Benny Likumahuwa, Barry Likumahuwa menyodorkan lagu bertema riang yang didukung rapper, Ivan Saba.
Dalam lagu Mi Angelita. Barry juga didukung drummer muda Rayendra Soenito.
Sementara itu Arya Setyadi, yang lebih dikenal sebagai instruktur sekaligus rajin melakukan bass clinic, bermain so!o mendepankan permainan bassnya yang acapkali diselipkan tehnik tapping, lewat komposisi She's Mine.
Materi para pemain bass, dengan segenap karya lagunya, sungguh membuat album rekaman ini menjadi tambah menarik.
Tak melulu sekadar konsep dasar yang memang unik dan berbeda karena mengedepan instrumen bass, tapi juga dengan hasil pelbagai corak musik yang disodorkan.
Bungkusannya menjadi penuh bunyian, yang menggabungkan beragam unsur musik baik itu pop, jazz/fusion, rock, techno hingga hiphop ataupun R n B.
Dan proyek musik inipun lantas menjadi kian menarik urntuk diikuti, kali ini tak cuma untuk disimak tapi sekaligus dilihat, karena Bass Heroes temyata tak berhenti hanya pada album rekaman namun berlanjut ke konser.
Adalah POS Entertainment, yang sukses dengan sajian Konser Trisum pada akhir Desember
lalu, yang berniat memanggungkan konsep pasukan bass ini secara lengkap, di Graha Bhakti Budaya- Taman Ismail Marzuki, pada Selasa, 28 Februari 2006.
Kali ini POS Entertainment didukung penuh oleh Djarum Super dan juga SONYBMG Music.
TERCATAT DALAM MURI
Bass Heroes memang sebuah sejarah musik yang unik dan langka.
Sehingga bahkan pihak Museum Rekor Indonesia pun mencatatnya sebagai sebuah rekor baru, dengan ditandai penyerahan sertifikat pada konser Bass Heroes di TIM tsb.
Maka inilah sebuah tantangan baru, mengukur kesanggupan telinga kita menerima serbuan dominasi nada-nada rendah, tak hanya di rekaman tapi bahkan juga di atas pentas.
Bersiaplah, pasukan Bass Heroes dipimpin Thomas Ramdhan dan Bongky Ismail, memang 'tidak main-main' dan sangat siap menggempur kuping para penikmat musik tanah air!
(Sumber: Sony BMG)
No comments:
Post a Comment