Tuesday, December 12, 2006

Andra & The Backbone

"Sakit hatiku…remuk jantungku… 'tuk membencimu…musnahkan cintaku"

Lirik diatas merupakan rintihan sekaligus raungan keras dari laki-laki yang kecewa terhadap bekas pacarnya. Lagu mellow baru? Album pop-mellow segar? Band pop-rock baru yang bermain dikunci yang itu-itu saja?
AWAS! Ini Andra & The Backbone yang menjadi pelepas dahaga dengan album perdana yang penuh dengan track-track up-tempo membius jiwa!

Sebenarnya ini merupakan proyek solo yang sudah start sejak lama tapi baru intensif digodok rekaman selama bulan Juni hingga Desember ini. Andra yang menjadi salah satu pentolan Dewa, pada akhirnya melepaskan daya rock prima dengan Andra & The Backbone ini!

Untungnya jadwal Dewa ditahun ini menjadi longgar, kalau tidak Andra & The Backbone tak akan hadir memperkaya dunia musik negeri ini. "Musiknya tak serumit Dewa. Rock-nya lebih pop banget, tapi unsur gitarnya lebih banyak, distorsi gitar lebih banyak dari Dewa," kata Andra. Jadi gitar yang lebih menonjol. "Jalur kita memang pop-rock, mengenai baru atau tidaknya corak musik band ini, kita kembaliin ke mereka yang dengerin," tambahnya.

Formatnya sendiri mengambil tiga pentolan utama. "Waktu itu belum kebayang nentuin formatnya. Lalu aku ketemu Stevie Item dan Dedy. Stevie Item sendiri additional player di Dewa, sudah lama kenal. Sebelumnya sudah sering jam session bareng gue," kata Andra. Sedang Dedy baru masuk setelah proses pencarian vokalis. Dedy sendiri saat itu nggak langsung didapuk menjadi vokalis. Butuh dua minggu untuk Andra mendapuk Dedy sebagai vokalis. "Andra dan gue ketemu, ngobrol bentar, dan masuk studio untuk bikin demo-demo. Awalnya memang baru ngisi-ngisi demo aja. Jadi gue nggak punya pikiran 'oh gue bakal jadi vokalis' karena gue memang suka bantuin temen-temen gue untuk bikin demo," kata cowok yang belakangan dengerin Led Zeppelin dan Deep Purple lagi demi proyek band ini. Switchfoot, Radiohead, Incubus juga menjadi band-band yang mampir ke telinga Dedy. Posisi lain? "Untuk drum, sebenarnya aku sudah suka dengan permainan satu orang ini tapi sayangnya dia sudah ada band. Jadi mau nggak mau mesti pakai additional drummer," jelas Andra.

Ramuan musik Andra & The Backbone sendiri begitu catchy tapi unik. Keras tapi renyah. Ini tentunya berkat banyak influence. "Latar belakang musik kita beda-beda. Kayak Stevie nih metal banget. Jimmy Eat World, Foo Fighters jadi musik yang kita dengerin. Campur. Maunya pop-rock tapi waktu awal proses rekaman kita bikin lagu kenceng-kenceng. Eh, kesininya kita malah bikin yang rada akustik kayak Simon & Garfunkel. Kita jadi heran. Intinya, ada lagu yang begitu (akustik) dan ada juga yang kenceng-kenceng. Jadi kita free, ngalir aja…” ujar Andra.

Untuk album ini total ada sepuluh lebih lagu. Ada satu lagu instrumen yang diselipkan, jatuhnya lebih ke track balada. Porsinya sendiri lebih banyak track-track up-tempo. Akustiknya dua lagu saja. Single pertama tetap yang up-tempo. "Semua track di album ini memang menantang kita bertiga, karna waktu aku ketemu Dedy, kita masih meraba (musiknya), cari nada dasarnya (suara) Dedy direkam dalam empat lagu, ternyata kerendahan buat dia, akhirnya diulang lagi – dinaikkin nada dasarnya, baru ketemu, oh ternyata suaranya dia disini," cerita Andra. Prosesnya cukup lama juga karna kita ketemunya nggak seperti yang 'yuk, latihan nge-jam', jadi kita begitu ketemu langsung 'ayo take'. Untuk vokal, lagu-lagu yang slow/akustik adalah yang susah dimainkan. "Secara musikal, track akustik lebih detil, apalagi gitar. Kalau lagu up-tempo yang memakai gitar elektrik dengan distorsi banyak kan gampang saat di-edit. Akustik lebih susah karna mesti dapat soulnya," jelas Stevie yang kagum dengan permainan Jimi Hendrix ini.

Kelar masalah permainan yang mesti mendapat soul, proses penciptaan lagu ternyata cukup sulit juga. Andra cukup merasakan proses yang lama. "Saya baru bisa bikin lirik di Dewa pun pas album terakhir Dewa, track Selimut Hati. Sebelumnya susah. Biasanya bikin musiknya saja, sedang liriknya Dhani (Dewa). Yang bikin album ini lama selesai karna belum selesainya lirik-lirik lagu. Nggak pede. Tapi semuanya keluar mengalir dengan lancar. Untuk tema, ada beberapa curhatan orang yang dibikin jadi lagu. Lalu ada lirik yang nongol setelah nonton sebuah film," kata cowok berambut pendek ini.

Gebrakan mereka pertama digeber dalam single "Musnah". Ini single yang bercerita tentang putusnya cinta yang lalu berubah menjadi rasa benci. "Tapi kita tetap tekanin ke musiknya, musiknya yang awalnya datar, trus pas di-reff kencang dengan distorsi," kata Andra. "Musnah" sendiri menjadi track kunci yang menggambarkan karakter musik yang dianut Andra & The Backbone.

Untuk lagu favorit, "Musnah" menjadi pilihan Stevie. Selain single andalan tersebut, "Terdalam" adalah lagu up-tempo yang paling berkesan bagi cowok berambut lurus ini. "Karna paling susah mainin itu lagu!" kata cowok yang sudah belajar gitar sejak SD kelas satu. Sedang lagu yang paling enjoy dimainkannya adalah ‘Lagi dan Lagi’. Lain hal dengan Dedy, ia menyukai "Hanya Dirimu" yang up-tempo. "Lagu-lagu up-tempo dialbum ini sangat menantang. Disini gue mesti menjaga kualitas suara dan mesti jaga tempo sekaligus penjiwaannya," kata cowok yang belakangan ini mengurangi makanan yang berminyak, menghindari soda dan lebih sering minum air putih.

Kenapa harus band rock? Kenapa band ini dilahirkan? Hadirnya Andra & The Backbone jelas menambah warna dan meramaikan dunia musik negeri ini. "Band rock (keras) yang sekarang ini didengar banyak orang mungkin kurang, (musik) band-band yang ada sekarang lebih kearah mellow. Aku berusaha bikin rock yang nadanya pop banget, orang-orang bisa nyanyiin, meskipun musiknya kencang. Dan aku bikin banyak lagu yang nggak bisa dimasukkin ke Dewa, jadi daripada mubazir lebih baik dibawain di band ini," jelas Andra.

Keunikan grup ini secara keseluruhan tercermin dari title-nya "The Backbone". Well, ini memang proyek solo yang nggak mungkin bawa nama "Dewa". "Nama Backbone diambil karna aku ada masalah dengan tulang punggung. Aku sering diolok oleh personil Dewa yang lain, Awas, punggungnya. Awas, pengapuran. Jadi dipikir-pikir seru juga nih The Backbone dan artinya sendiri cukup bagus, orang nggak bisa tegak tanpa ada tulang belakang. Keren lah!" jelas Andra yang berharap musik Andra & The Backbone bisa diterima diberbagai macam segmen pasar.

Tuesday, December 05, 2006

My Chemical Romance (Black Parade, 2006)

Sebenarnya, merunut sejarah band bernama MY CHEMICAL ROMANCE [atau bisa juga disebut My Chem atau MCR] berarti kita bicara pengalaman pahit yang dilihat langsung oleh vokalisnya, Gerrard Way.
Gerrard adalah salah satu saksi hidup ketika teroris meruntuhkan World Trade Center, 11 September 2001 silam. Rasa marah, kesal, gelisah, sedih dan resahnya kemudian dituangkan dalam lagu berjudul Skylines and Turntiles.
Lagu itu juga menjadi semacam opening band yang akhirnya dibentuk oleh Gerrard Way bareng Matt ‘Otter’ Pellisier [drummer pertama yang sudah cabut].

Nama band sendiri diusulkan oleh basis Mike Way ketika membaca buku berjudul Ectassy: Three Tales of Chemical Romance, tulisan Irvine Welsh. Kini band yang diawaki juga oleh Bob Byar [drum], Frank Lero [rhythm gitar], Ray Toro [lead gitar] menjelma menjadi salah satu band papan atas di ranah rock. Mereka terbentuk September tahun 2001 di New Jersey.

MCR “nyaris” identik dengan musik yang berhubungan dengan kematian, horror dan kegelapan. Sebuah pilihan yang dari awal memang sudah mereka tonjolkan. Imej inilah yang MCR bentuk dari awal berdirinya, meski kemudian banyak kritikus musik ya menggolongkan mereka secara perlahan-lahan masuk dalam ranah emo. Tudingan sebagai “anak-anak emo” ini pernah secara kasar dilontarkan oleh band Inggris Kasabian yang menyebut MCR dengan “clowns” atau “emo kids”. Entah mengapa, Kasabian menyebut MCR sebagai satu band yang tidak punya sesuatu yang positif untuk dikatakan. Alamak, segitunya….

MCR juga pernah membatalkan beberapa konser lantaran ketika sedang menggarap video klip ‘Welcome to The Black Parade’ dan ‘Famous Last Words’ [bakal jadi single ke-2] yang digarap oleh Sam Bayer [pernah menggarap klip sukses Nirvana ‘Smells Like Teen Spirit’ dan American Idiot-nya Green Day]. Gara-garanya adalah Gerard Way cedera engkel sementara Bob Byar harus dirawat di rumah sakit karena infeksi. Untung saja dua kip yang sedang digarap sudah selesai.

MCR juga memilih menjadi band dengan basis massa ‘bawah tanah’ atau kelompok akar rumput [grassroots]. Mereka punya fans yang siap “mencaci-maki” habis-habisan dalam forum yang mereka bikin, termasuk di situs resmi mereka. Sisi positifnya adalah, MCR menolak segala atribut yang biasanya dilekatkan pada band, seperti ‘sex icon’ dan sebagainya. Fans membuat mereka menjadi “diri mereka sendiri”.

Album ketiga [yang major label] mereka The Black Parade menempatkan mereka pada tataran papan atas band pengusung alternative rock. Banyak kritikus yang menempatkan album ini sebagai ‘album paling ditunggu’ 2006. Single ‘Welcome to The Black Parade’ menjadi anthem yang wajib diputar [dan dinyanyikan]. Keberanian mempertahankan ciri “gelapnya” menjadikan My Chemical Romance sebagai ‘most wanted band’ terkini.

[joko.moer//rileks.com]

Tracklisting:
1. The End
2. Dead!
3. This Is How I Disappear
4. The Sharpest Lives
5. Welcome To The Black Parade
6. I Don't Love You
7. House Of Wolves
8. Cancer
9. Mama
10. Sleep
11. Teenagers
12. Disenchanted
13. Famous Last Words