Saturday, March 25, 2006

Balawan, The Trully Magic Fingers

Mendengarkan keseluruhan album Magic Fingers-nya I Wayan Balawan atau yang akrab disapa Balawan, memang membutuhkan taste musik tersendiri.
Terbukti kalau jari jemari Balawan sepertinya memang memberikan magis tersendiri dan membuat para penikmatnya terhipnotis dengan petikan gitarnya.

Balawan adalah seorang gitaris yang sangat berbakat dengan gaya permainan yang sangat khas, yang dikenal dengan teknik "Touch Tapping Style" (seperti halnya Stanley Jordan). Sebuah permainan yang memanfaatkan ke-delapan jari untuk memainkan tap pada fretboard. Sekilas permainan ini kelihatan seperti permainan piano: permainan bass, chord dan melody, semuanya dimainkan dengan jari kiri dan jari kanan... nyaris tanpa dipetik.
Permainan Balawan terkesan sangat halus dan licin.
Uniknya Balawan mendevelop sendiri tap independent di mana permainan jari kiri dan kanan bener-bener tidak ada hubungannya (berbeda sama sekali).

Sebagai orang awam, beliau berujar kalau album ini termasuk susah diterima di telinganya, yang notabene sama sekali tidak punya background musik.
Untungnya, di album ketiganya kali ini Balawan masih sudi merecycle Semua Bisa Bilang-nya Charles Hutagalung atau Arti Kehidupan-nya Mus Mujiono dan lagu Sesaat Kau Hadir-nya Utha Likumahua.
Setidaknya ketiga lagu inilah yang mungkin bisa masuk di telinga penikmat musik awam.

Lagu ciptaan Balawan, dengan lirik bahasa Inggris, berjudul Like A Bird, memiliki energi luar biasa.
Terutama bukan saja dari petikan gitarnya yang maha dahsyat, tapi kualitas vokal Balawan di lagu ini sangat terasa.
Bisa dibilang, lagu ini bisa meneduhkan, apalagi vokal Balawan yang khas, mungkin sedikit bisa membuat kita terkesima mendengarnya.

Gitaris lulusan Australian Institute of Music dan satu-satunya gitaris 8 finger tap independent di Indonesia ini sepertinya punya keahlian meramu musik tradisional asli Bali dengan sentuhan petikan gitar yang juga dicampur dengan influence musik seperti R n B.
Well, seperti sebuah ramuan anggur yang sangat khas, lagu-lagu di album Balawan kali ini seperti ingin menunjukkan identitas seorang Balawan.

Balawan seperti layaknya seorang dewa, dewa gitar tepatnya.
Tak banyak yang bisa mengatakan lagu-lagu Balawan sangat catchy di telinga.
Namun, jika Anda jeli menangkap emosi yang tertuang di setiap harmonisasi nadanya, mungkin dapat dibilang kalau Balawan layak disebut seorang maestro.

Last, di cover albumnya yang menggambarkan sebuah newspaper, terbuka sebuah cerita, kalau ternyata Balawan hobi sekali menghancurkan gitarnya usai memainkan harmonisasi dasyat...? What for??? Just guess that!

Official Site: www.wayanbalawan.com

Thursday, March 23, 2006

Letto, Berani Membuat Arti

Apalah arti sebuah nama ?
Falsafah itu sepertinya yang dianut Letto, grup musik asal Yogyakarta.
Nama tersebut tidak ada hubungan dengan Leto, istri Zeus dan ibu dari Apolo dan Artemis dalam mitologi Yunani.
Bagi Noe (vokal, kibor), Patub (gitar), Arian (bas), dan Dedi (dram,perkusi), nama itu Merely an identity, untuk identitas semata.
Hal yang terpenting adalah bagaimana mereka memberi sesuatu yang berarti di blantika musik Tanah Air.
Arti itu yang coba disampaikan lewat album debut Truth, Cry and Lie.

Bukan sekadar "trend" dan gaya berbahasa Inggris jika separuh dari isi album ini memang hadir dalam bahasa internasional itu.
"Ini adalah proses kreativitas yang mengalir jujur," ungkap mereka.
Bahkan dalam musik mereka terselip khasanah etnik yang menghadirkan corak slendro dan pelog dalam permainan instrumen band modern.
Hasilnya adalah sebuah karakter musik yang "asli" beda, namun tetap asyik untuk dinikmati.

Simak saja lagu Sampai Nanti, Sampai Mati yang menjadi single pertama di album ini. Lagu itu bertutur tentang sikap optimis menghadapi hidup.
Lirik : kalau kau pernah taku mati/sama./ kalau kau pernah patah hati/ aku juga iya/Tetap semangat/dan teguhkna hati di setiap hari/sampai nanti/sampai mati…

Unik khan! Liriknya memang sarat dengan pesan positif, tapi bukan khotbah.
Sebab gaya penyampaiannya tetap dalam tutur puitis.
Tidak saja bicara tentang hidup, tapi juga cinta, patah hati, persahabatan bahkan tentang Tuhan.
Seperti juga lagu Sandaran Hati yang liriknya jika disimak lebih jauh tidak saja berbicara tentang seorang kekasih, tapi juga sahabat bahkan Yang Maha Kuasa.
Demikian juga dengan lagu I’ll Find Away yang percaya selalu ada jalan untuk mengapai angan.
Dan simak juga yang lain seperti U & I, Insensitive, dan No One Talk About Love. Seluruh lirik Letto terkesan gentlement dan dalam banget.

Lirik puitis tersebut, termasuk yang berbahasa Inggris seluruhnya ditangani oleh Noe salah seorang anak dari budayawan Emha Ainun Najib.
Menurut dia, itu mengalir secara spontan dan alami. "Kami ini anak desa, tidak pernah berpikir yang muluk-muluk. Semua mengalir sesuai dengan kata bathin," ucapnya.

Dia mengakui sebagian besar terinspirasi dari pengalaman pribadi.
Untuk aransemen musik dikerjakan mereka bersama-sama.
Tak heran jika masing-masing memberi pengaruh dalam setiap lagu.
Alhasil akan terasa sedikit ramuan dari rock ala Led Zeppelin, J-rock ala Kitaro, punk rock, bahkan psikadelik.
Ramuan unik itu setelah berpadu terasa begitu easy listening.
Artinya, musiknya enak di kuping, nyaman di hati, namun juga bukan asal bunyi.
Alhasil, kuping anda akan terbuai dalam nada-nada penuh rasa yang dalam.
Hal itu didukung oleh karakter vokal Noe yang melankolis namun tidak cengeng.

Konsep "beda" ini yang membuat Musica Studio's tertarik.
Awalnya Letto diperkenalkan dalam album kompilasi Pilih 2004 lewat single I’ll Find A Way.

Letto berawal dari sekumpulan pemuda yang pernah sama-sama duduk di bangku salah satu SMA di kota Yogyakarta.
Saat itu, aku mereka, tidak pernah terbayangkan kalau suatu saat nanti akan cari modal kawin dari menjual lagu.
Maklum mereka memilih bercengkrama dalam sebuah kelompok teater dengan pertimbangan bahwa belajar teater jauh lebih murah dibandingkan dugem atau narkoba.
Proses berteater ini kemudian memberi pengaruh dalam karya musik mereka kini.

Uniknya tumbuh di lingkungan gamelan tapi dengan idola Queen, Yanni atau LedZeppelin membuat masalah.
Terutama bagaimana memainkan Bohemian Rhapsody dengan slendro atau pelog. Pandangan bahwa semua adalah hasil proses kreativitas membuat akhirnya lahirlah "musik puisi".
"Banyak ekpresi yang terlihat ketika kami mementaskan hasilnya. Dari yang tersenyum menghargai sampai yang melotot dengan muka pucat. Tapi whatever lah, that's not the point. Yang penting kami sudah berkarya dan tidak membuang-buang waktu untuk hal-hal yang nggak berguna," kata Aldi yang merupakan behind the scene dudez Letto bersama Bedjat-Miko.
Mereka juga beruntung, bahwa karya itu juga didengar oleh Noey "Java Jive", produser bertangan dingin yang telah melahirkan sejumlah grup besar termasuk Peterpan.

Sebagai karya pertama mereka tidak ingin bermuluk-muluk. "Kami tidak berani menklaim bahwa apa yang kami berikan sebagai sesuatu yang beda dan baru di banding yang lain. Ini hanya karya seorang mahluk ciptaan Tuhan yang coba memberi sesuatu ke dalam wacana musik Tanah Air," ungkap mereka.

Apakah ini sebuah janji ? Buktikan saja dengan mendengarkan Letto dalam lewat Truth, Cry and Lie.

(sumber: Musica Studio's)

Tuesday, March 21, 2006

Bass Heroes-13 Bassist Jawara

Barangkali ini adalah yang pertama di dunia.
Sebuah ensemble pemain bass dengan jumlah 'tidak main-main', 13 orang! Dan ditambah lagi, ke semua pemain bass yang terlibat, juga adalah nama yang 'tidak main-main'.
Inilah sebuah proyek musik langka yang boleh dibilang sangat kompleks permasalahannya, tapi toh akhirnya dapat terwujud juga adanya.

Bass Heroes, bergulir sebagai konsep atas gagasan Thomas Ramdhan, bassist nan enerjik dari kelompok musik GIGI.

Gagasan ini kian berkembang setelah Thomas bertemu lagi dengan sahabat lamanya, Bongky Ismail, bassist kelompok bip itu.
Memang menjadi menarik untuk mengikuti, menyimak dan sekaligus melihat, bahwasanya pemain bass yang biasanya berada di garis belakang, sekarang ditarik ke garis depan.
Biasanya lebih pada posisi 'bertahan', bahu membahu dengan drums, kini justru memimpin di barisan depan.
Apa jadinya ya? Mana lagi, ada 13 pemain bass yang bermain bareng! Siapkah telinga kita 'digempur' kumpulan penghasil 'nada-nada rendah'?

Maka kedua kawan karib sejak lama itu, Thomas dan Bongky, akhirnya melangkah lebih jauh. Mereka kerja bareng menjadi produser rekaman unik dan berbeda ini.

Tidak mudah mengajak ataupun mengumpulkan rekan-rekan sesama bassist uniuk dapat terlibat dalam proyek rekaman ini.
Lumayan kompleks persoalan dalam mewujudkan mimpi ini.
Paling tidak, yaing mendasar adalah menyiasati jadual berkumpul di sela-sela kesibukan semua bassist dalam grupnya masing-masing.

Alhasil 'terjaringlah' 11 pemain bass lain, yang bersedia dan memiliki cukup waktu untuk bersama-sama menuntaskan konsep rekaman ensemble bass ini. Dan ke 13 nama tersebut juga menyodorkan permainannya masing-masing pada setiap lagu karya mereka.

Bass Heroes, sebagai album rekaman yang diambil SONYBMG Music yang lantas bertindak sebagai executive producer, menempatkan dua buah lagu yang mengetengahkan permainan ke 13 pemain bass sekaligus.

Kedua lagu menjadi pembuka dan penutup album ini.
Rame-Rame karya almarhum Christ Kayhatu dan George Leiwakabessy, dijadikan sebagai nomer pembuka.
Lagu riang yang jazzy, dan popular di era 80an ini, tetap tidak menyusut keriangannya dari tangan aranjer Bongky.
Tapi jelas, keriangan yang dihasilkan memang menjadi berbeda.
Ke 13 pemain bass dengan karakter dan sound bassnya masing-masing saling 'berdialog' dan mengisi penuh sepanjang lagu.

Begitupun halnya dengan Cucak Rowo, yang dijadikan lagu penutup.

Lagu yang dipopulerkan Didi Kempot ini memang tetap menggoyang dan menghentak, walau terasa betul ketebalan ekstra bunyian nada rendah yang mendominasi.
Tapi sama sekali tidak mengganggu, untuk mengajak 'bergoyang' pendengarnya.

Dan pada lagu-lagu lain, bass pun muncul ke depan dengan pelbagai bentuk karakter yang berbeda.

Bisa terasa 'galak' dengan 'menyalak' nyaring terutama lewat Iwan Xaverius dengan karyanya bertajuk, IXS II ataupun pada penampilan satu-satunya bassist cewek, sekaligus yang termuda, Nissa Hamzah yang dikenal sebagai bassist grup muda Omelette, pada karyanya berjudul Rush. Kedua bassist tersebut di atas, didukung pula oleh musisi lain sebagai gitaris dan drummer. Namun bass tetap menjadi leader yang mendominasi.

Seperti juga halnya pada Regge Kasmaran yang terasa mengajak bersantai, karya Bongky, dimana Bongky didukung Kun Kun (drum, keyboard & percussion)
serta Ujie (gitar).

Sementara Thomas Ramdhan, menyembulkan kesan
ayo bergoyang lebih seru lewat Alone yang memiliki nuansa techno.

Ada juga kesan menghanyutkan lewat permainan Bintang Indrianto, bassist yang belakangan aktif pula sebagai produser album-album jazz, dengan lagu Kupuja.
Bintang berduet dengan istrinya sendiri yang memang penyanyi, Netta.
Ia memainkan dua bass, fretless sebagai melody dan fretted sebagai rhythm, dengan didukung pula dua gitaris, Denny Chasmala dan Dewa Budjana.

Ada pula kesan ' bergoyang sambil terhanyut' lewat Bondan Prakoso, dalam Psychedelic Sub Rhythm, dimana bassnya diajaknya ikut bemyanyi.

Lewat Summer Sky, bassist Arie Firman yang merupakan mantan personil the Groove, menampilkan kesan genit dan cantik.
Sedangkan Rindra yang dikenal sebagai bassist grup musik PADI tampil menyodorkan kesan indah lewat My Friend's Song, dimana hadir tiupan saksofon oleh Marion.
Begitupun halnya dengan Indro Hardjodikoro, salah satu session player terlaris dengan Titik Awal, yang melibatkan tiupan trumpet dari Rio Sally selain bunyian solo piano oleh Aga.

Sementara bassist lain, seolah keluar dari wama dasar kelompok musiknya masing-masing, semisal Adam yang dikenal sebagai bassist Sheila on 7, menyodorkan 1..2..3..Go! yang didukung drummer grupnya juga, Bryan.

Ronny dari grup musik Cokelat juga sedikit berbeda, dengan Basskuhepi, yang didukung pula oleh drummer grupnya, Ervin.
Kemudian bassist muda, yang adalah putra musisi jazz kawakan Benny Likumahuwa, Barry Likumahuwa menyodorkan lagu bertema riang yang didukung rapper, Ivan Saba.
Dalam lagu Mi Angelita. Barry juga didukung drummer muda Rayendra Soenito.
Sementara itu Arya Setyadi, yang lebih dikenal sebagai instruktur sekaligus rajin melakukan bass clinic, bermain so!o mendepankan permainan bassnya yang acapkali diselipkan tehnik tapping, lewat komposisi She's Mine.

Materi para pemain bass, dengan segenap karya lagunya, sungguh membuat album rekaman ini menjadi tambah menarik.

Tak melulu sekadar konsep dasar yang memang unik dan berbeda karena mengedepan instrumen bass, tapi juga dengan hasil pelbagai corak musik yang disodorkan.
Bungkusannya menjadi penuh bunyian, yang menggabungkan beragam unsur musik baik itu pop, jazz/fusion, rock, techno hingga hiphop ataupun R n B.

Dan proyek musik inipun lantas menjadi kian menarik urntuk diikuti, kali ini tak cuma untuk disimak tapi sekaligus dilihat, karena Bass Heroes temyata tak berhenti hanya pada album rekaman namun berlanjut ke konser.

Adalah POS Entertainment, yang sukses dengan sajian Konser Trisum pada akhir Desember
lalu, yang berniat memanggungkan konsep pasukan bass ini secara lengkap, di Graha Bhakti Budaya- Taman Ismail Marzuki, pada Selasa, 28 Februari 2006.

Kali ini POS Entertainment didukung penuh oleh Djarum Super dan juga SONYBMG Music.

TERCATAT DALAM MURI
Bass Heroes memang sebuah sejarah musik yang unik dan langka.

Sehingga bahkan pihak Museum Rekor Indonesia pun mencatatnya sebagai sebuah rekor baru, dengan ditandai penyerahan sertifikat pada konser Bass Heroes di TIM tsb.
Maka inilah sebuah tantangan baru, mengukur kesanggupan telinga kita menerima serbuan dominasi nada-nada rendah, tak hanya di rekaman tapi bahkan juga di atas pentas.
Bersiaplah, pasukan Bass Heroes dipimpin Thomas Ramdhan dan Bongky Ismail, memang 'tidak main-main' dan sangat siap menggempur kuping para penikmat musik tanah air!

(Sumber: Sony BMG)

Sunday, March 12, 2006

The Best Of Cokelat

Ini adalah sebuah refleksi dari band yang telah 10 tahun berkarya dan masih terus berkarya di musik Indonesia. Band yang telah menjadi tolak ukur untuk band – band pendatang baru dengan vokalis cewek.
Sebuah band yang punya personil Kikan ( vokalis ), Ronny ( bassis ), Edwin ( melodi ), Ervin ( drummer ), dan Ernest ( rhythm ).
Cokelat di tahun 2006 ini merilis album baru yang bertajuk The Best Of COKELAT “ Tak Pernah Padam “ bercerita tentang pengalaman seru, persahabatan dan ambisinya.

Kenapa Cokelat lebih memilih merilis album the best daripada bikin full album?
Bagi Cokelat sendiri, album the best yang berisikan lagu – lagu terbaik Cokelat yang merefleksikan perjalanan Cokelat dari tahun 1996 hingga Cokelat ada seperti sekarang ini, merupakan sebuah bingkisan untuk para Bintang Cokelat yang sudah setia menemani mereka yang sudah 10 tahun berkarya.
Dan kalau ada anggapan sebuah band yang merilis album the best itu bakalan bubar atau lagi buntu ide, bagi Cokelat itu terlalu berlebihan.
Karena Cokelat tidak akan bubar dan tidak lagi buntu ide, justru saat pembuatan album the best ini Cokelat lagi semangat – semangatnya.
Makanya kenapa album the best mereka diberi judul “Tak Pernah Padam”, maksudnya adalah semangat Cokelat untuk tetap eksis menghibur hati Bintang Cokelat, akan terus ada, sampai kapanpun.

Album the best ini tentunya berisikan lagu – lagu dari 4 album Cokelat sebelumnya, Untuk Bintang ( 2000 ), Rasa Baru ( 2001 ), Segitiga ( 2003 ), dan Dari Hati ( 2004 ), plus ditambah 3 lagu baru yang dijadikan sebagai soundtrack film Indonesia Ekspedisi Madewa, yaitu ‘Tak Pernah Padam’, ‘Nyanyian Sahabat’, Terlalu Indah’, dan khusus ‘Terlalu Indah” di buat dalam 2 versi, band dan akustik piano yang diisi oleh Indra Q, karena Cokelat ingin karakter lagunya kental akan ambience soul-rock.

Tentang cover album yang bagian depannya bergambarkan hard-case gitar milik Cokelat dengan warna dominan merah darah dipilih karena hard-case tersebut sudah menemani Cokelat selama 10 tahun berkarir dan menjadi saksi perjalanan Cokelat yang penuh semangat. Kalau Bintang Cokelat membuka hard-case tersebut, Bintang Cokelat akan menemukan lagu – lagu terbaik yang pernah Cokelat buat.

Dengan memasuki usia satu decade, Cokelat ingin terus berkarya di musik.
Album – albumnya dapat selalu diterima oleh pecinta musik Indonesia.
Dan juga, semoga lagu – lagu Cokelat bisa terus menjadi inspirasi buat Bintang Cokelat yang mendengarkan. K
husus untuk album “The Best Of Cokelat – Tak Pernah Padam” ini, Cokelat berharap semoga Bintang Cokelat yang mendengarkan album tersebut semangatnya juga tak pernah padam.

PEACE, LOVE AND ROCK ‘N ROLL !!

(Sumber : sonybmg music entertainment Indonesia)

Album Dewa19 - Republik Cinta

.....Laskar Cinta//sebarkanlah benih-benih cinta//musnahkanlah virus-virus benci......

Apa yang kita rasakan dengan sepenggal lirik di atas? Emosi lantaran si penulis lirik sepertinya sok tahu tentang makna cinta, atau justru menjadi tersenyum lantaran lirik itu seperti "sindiran" atas estetika cinta yang makin luntur [di negeri ini?]

Banyak yang mengatakan, Dhani Ahmad si penulis lirik terpengaruh oleh bacaan-bacaan sufistik yang bertebaran di rumahnya.
Permenungan pria yang pernah bersitegang dengan salah satu organisasi yang mengatasnamakan agama, setahun silam, ternyata menghasilkan sebuah lirik yang cukup kuat tentang cinta.

Bagi seorang sufi, prosesi pertama yang harus dilakukan adalah pemurnian.
Pemurnian dan pencucian merupakan kebutuhan pokok, terutama pada akal.
Semua ketidakmurnian menyebabkan penyakit sebagaimana ketidakaturan dalam kerja sistem fisik. Hal ini sama berlaku pada akal.
Ada ketidakmurnian-ketidakmurnian akal yang menimbulkan penyakit-penyakit yang berbeda-beda. Dengan mencuci akal, orang membantu menciptakan kesehatan baik pada tubuh maupun pada akal.

Tentu tak semuanya bermuara pada sufistik seperti itu.
Karena album REPUBLIK CINTA tetap saja berputar pada lingkaran komersialisme.
Pada album yang terdiri dari 11 lagu ini, mereka kembali menambahkan angka 19 di belakang nama DEWA. Nama yang sempat dipakai pada awal karir band yang identik dengan vokal Ari Lasso.

Album Republik Cinta ini dijadikan Dewa19 sebagai ajang Go-Internasional atau mungkin lebih tepat Go-Asia.
Untuk lebih mendukung obesesinya, Dewa19 akhirnya lepas dari Aquarius Musikondo, label yang selama ini menjadi tempat bernaung Dewa19 dalam memproduksi album-albumnya dan bergabung dengan EMI Music Internasional yang berkedudukan di Hongkong dengan kontrak selama 3 album yang rencananya akan dipasarkan di kawasan Asia.

Dalam album ini, Dewa19 juga memperkenalkan logo baru yang dengan sebutan "Dewa19" yang seakan menegaskan kepada dunia bahwa nama Dewa 19 sudah mempunyai hak patent. Logo tersebut adalah logo lama yang di modifikasi ulang.

Album Republik Cinta terdapat 11 lagu dengan variasi musik yang berbeda-beda dan tergolong baru.

Laskar Cinta :
Lagu ini bernuansa musik timur tengah dengan lirik yang begitu lugas dan introspektif.
Sound yang aneh dengan sayatan gitar Andra dan didukung dengan loop dari Dhani menambah khasanah aransemen musik yang tergolong baru.
Liriknya juga mempunyai kekuatan yang mampu mendukung lagu ini menjadi hidup.

Emotional Love Song :
Saya masih ingat dengan musik pada lagu ini.
Lagu ini dulunya dibawakan oleh Anang pada album Tania dengan judul Kamu Sama Aku Saja dan diciptakan oleh Dhani.
Pada album ini lagu tersebut diubah judul dan liriknya dengan sedikit aransemen baru, tetapi masih saja tidak bisa dibedakan dengan lagu aslinya.

Larut :
Lagu ini memiliki interlude yang hampir sama dengan lagu Bukan Rahasia dan boleh dibilang hampir menyerupai.
Kekuatan lagu ini bisa dibilang terletak pada reffrain dengan noise back vocal yang digalang oleh Dhani sendiri.
Sekali lagi, melody Andra terbukti menambah keistimewaan pada tiap lagu-lagu Dewa.

Sedang Ingin Bercinta :
Lagu ini adalah satu-satunya lagu yang sungguh-sungguh aneh dibanding lagu-lagu Dewa yang pernah ada.
Dengan intro yang berkesan rap dan reffrain yang nge-rock banget ditambah dengan irama dangdut yang begitu kental dibawakan oleh Mulan Ratu sebagai back vocalnya.

Perasaanku Tentang Perasaanku Padamu :
Lagu ini (lagi-lagi) menampilkan suara Dhani pada bagian intro.
Penuh eksperimen dengan nuansa musik JADUL.

Lelaki Pencemburu :
Lagu ini juga bernuansa musik JADUL dengan sayatan gitar Andra yang mulai awal sampai akhir seakan menjadi benang merah.
Lirik lagu ini pada bagian reffrainnya "...AKU TAK KAN PEDULI .. SIAPA YANG BERANI .. MENDEKATI KAMU .. AKAN KUBUNUH.." mengingatkan kita dengan lagu Cemburu "...INGIN KUBUNUH PACARMU ... SAAT DIA PELUK TUBUH INDAHMU...".

Lover Rhapsody :
Lirik dalam lagu ini tergolong datar karena hanya berisi unsur pemujaan terhadap seseorang yang dicintai.
Nuansa orkestranya begitu kental dan menyatu dengan karakter vocal Once dan berakhir dengan sebuah kengototan yang diiringi permainan drum Tyo.

Selimut Hati :
Romantisme adalah kekuatan dalam lagu ciptaan Andra ini dan dukungan back vocal yang mengingatkan pada lagu Ahmad Band "Aku Cinta Kau dan Dia".
Lagu ini adalah lagu yang paling aku suka pada album ini, lagu yang seakan bernyawa dengan lirik yang membuat lagu ini semakin hidup.
"...Aku kan menjadi malam-malam mu. Kan menjadi mimpi -mimpi mu dan selimuti hatimu yang beku. Aku kan menjadi bintang-bintang mu Kan slalu menyinarimu Dan menghapus rasa rindumu yang pilu. AKU BISA UNTUK MENJADI APA YANG KAU MINTA. UNTUK MENJADI APA YANG KAU IMPIKAN. TAPI KU TAK BISA MENJADI DIRINYA. Aku kan menjadi embun pagimu yang menyejukkan jiwamu Dan membasuh hatimu yang layu.
Tinggalkan sejenak lalumu. Beri sdikit waktu kepadaku tuk meyakinkan mu..."
(decicated to someone pokoknya)

Flower in The Desert :
Salah satu lagu berbahasa Inggris dengan irama nge-beat dengan balutan nuansa rock n roll.

Live On :
Lagu ini juga berbahasa inggris, kurang begitu menggigit padahal dengan mendengarkan lagu ini mungkin kita bisa teringat dengan lagu-lagu Mr. Big.

I Want To Break Free :
Wajar jika Dhani memasukkan lagu ini kedalam album Republik Cinta ini karena memang musik Dewa 19 dari dulu banyak terinspirasi oleh musik Queen.
Aransemennya juag menarik dengan riff-riff gitar Andra yang mampu berkolaborasi dengan kekuatan vocal Once.

Nah, dengan modal keaneka ragaman warna musik yang terkesan baru apakah Dewa 19 mampu menuai sukses dalam obesinya Go-Internasional, atau paling tidak Go-Asia.
Kalau untuk urusan pasar dalam negeri sendiri sudah tidak diragukan lagi, Dewa 19 diprediksi akan kembali menuai sukses sperti pada album-album sebelumnya.
Karena untuk bisa Go-Internasional, mungkin totalitas yang mendukung adalah hijrah seperti yang dilakukan oleh Anggun.
Yah liat aja nanti.

(dari berbagai sumber)